Mengontrol pikiran di saat tengah tertekan, bukan hal yang
mudah. Aku rasa, semua orang juga merasakan hal yang sama. Bahkan diriku
sendiri, sering merasa lunglai dan berdebar hebat dalam dada. Kemudian, keadaan
menjadi tak nyaman, selanjutnya diam bergeming dengan kecamuk hebat pikiran. Aku
selalu lemah bila dalam kondisi seperti ini. Tak heran sebenarnya jika aku
sebenarnya lebih banyak diam tanpa sebab.
Tekanan pikiranku beragam. Hanya
saja, selalu berhasil aku kelabui merka di sekitarku dengan perangai yang tak
mau diam laiknya cacing kepanasan. Sekali lagi, tak ada yang tau pasti apa yang
sebenarnya terjadi dari tampak luar yang selalu mereka katakan bahwa aku tanpa
beban.
Aku golongan manusia pemikir. Sedikit saja masalah yang
mengenai diri, bisa berhari-hari baru akan lenyap dari pikiran. Jadi, bisa
ditebak, bahwa bila masalah semakin rumit, akan panjang ceritanya untuk masa
pemulihan pikiran dan jiwa.
Menyimpan masalah adalah spesialisasiku. Untuk beberapa
masalah yang sekiranya masuk kategori ‘ringan’, aku mudah untuk berbagi. Tapi
bila itu masalah ‘berat’, aku lebih memilih untuk memendamnya baru kemudian
coba memuntahkannya kepada orang yang benar-benar bisa dipercaya. Mungkin
situasi seperti ini agak berbanding terbalik dari orang-orang kebanyakan.
Sesungguhnya, aku lelah dengan situasi seperti ini terus
menerus. Hanya saja, aku tetap tak bisa mengubahnya. Terkadang aku mengutuk
diri sendiri, mengapa aku terlalu bodoh dengan kondisi seperti ini?
“Seorang motivator
belum tentu bisa memotivasi dirinya sendiri.” Aku sangat setuju dengan
pernyataan berikut. Dan itu berlaku untuk diriku. Aku bisa memotivasi
siswa-siswiku di saat mereka tengah dalam situasi terjatuh. Tapi aku sendiri?
Ketika pikiranku berkecamuk, aku justru sangat lancar
merangkai kata. Tetapi, bila beban pikiranku melayang dan mengambang, tak satu
pun produksi kata yang keluar. Jadi, aku rasa, kalian tau kan apa yang saat ini
terjadi padaku???
No comments:
Post a Comment