Monday, February 26, 2018

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak!"
aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, terdiam, dan sesekali bergumam pelan, "Apa? Kita bengak?"

" Si Bapak tidak salah ngomong itu?"
"Heh, apa maksudnya itu?"
aku tidak tau apa masalahnya. yang sekdar aku tau, tadi dia ingin mencari anaknya. sekedar memastikan, apakah anaknya hari ini ada di sekolah atau tidak. beliau bilang, ada teman anaknya yang menelpon dirinya. entah apa yang dibicarakan. namun yang pasti, akhirnya beliau mendatangi sekolah dan berujung memaki-maki guru-guru yang ada.
aku sempat melihat sosoknya sebentar. duduk di kursi di depan meja piket, kemudian mengoceh sebentar. kebetulan, ada guru lain yang menemaninya. hanya saja, entah mengapa, malah makian demi makian yang terdengar dari luar selepas aku kembali ke dalam ruang majelis guru untk kembali melanjutkan pekerjaanku.
heboh. suasana menjadi heboh membahas si bapak berseragam pegawai sipil -yang katanya kembali mengeamuk di ruang waka sekolah.
selepas salat zuhur bersama, beberapa guru berkumpul dan bercerita mengenai kronologi yang beberapa saat tadi telah berlalu.
aku pun sempat ikut nimbrung sebentar. ingin mencari tau. dan ternyata, benar saja. si bapak berseragam tidak terima dengan sistem yang berlaku di sekolah kami.
beliau marah-marah. menghina. meremehkan. memandang rendah. malah sampai mengancam akan memperkarakan.
masalahnya sebenearnya kalo dicermati, bukan masalah yang terlalu berat. istilahnya tuh, masalah yang dominan sering terjadi dikalangan remaja sekolah.
buku pelajaran yang katanya hilang. sendal ke masjid yang juga hilang berkali-kali. ah, jangankan sendal muris, sendal guru saja di sekolah ini bisa hilang!
dia menuduh guru tidak becus. tidak pandai. tidak bisa membantu menjaga. mengatai bahwa siswa di sekolah kami, maling. ya ampun, kali ini aku mengerti bagaimana derita yang dialami oleh guru-guru lain di wilayahnegeriku ini yang juga pasti mengalami hal yang sama, DIHINA dan DIRENDAHKAN oleh orang tua murid.
kemudian, aku hanya bisa saling mengintrospeksi diri bersama teman sejawat yang duduk tepat di belakang meja kerjaku.
"Apa Bapak itu tidak pernah sekolah ya? Apa dia tidak tau bagaimana perjuangan kita untuk mendapatkan gelar S.Pd. ini? Apa dia tidak tau bagaimana kelakuan anaknya disekolah?" aku bertanya mencari jawaban untuk menghibur diri.
si kakak -yang duduk dibelakangku, sesaat memberikan senyum putus asanya dan hanya menjawab,
"Wajar kalo anaknyo cam itu. Bapaknyo be model itu."
---------------------------------------------------
bapak-ibu yang budiman,
kami tau, kami bukanlah guru yang memiliki tingkat kecerdasan superior.
kami sadar bukanlah malaikat yang memiliki prilaku sempurna.
kami bukan guru yang bisa mengubah putra-putri kalian menjadi ilmuwan atau bangsawan.
kami hanya seorang guru, yang berusaha membantu mengubah karakter mereka yang buruk menjadi baik.
yang tidak bisa apa-apa menjadi tau akan sesuatu.
yang kalian titipkan mereka kepada kami dengan sejuta perangai dari rumah.
yang kalian percayakan untuk kami bina agar kelak bisa menjadi anak yang berguna.
tapi kami mohon dengan sangat.
jangan semena-mena mengatakan kami ini bodoh, tidak bisa apa-apa, bengak!
mungkin yang bapak-ibu tau, di rumah, mereka adalah sosok anak manis kesayangan kalian.
tapi, siapa yang tau, kalo mereka bisa berubah menjadi sosok berkepribadian lain yang tak pernah kalian lihat di rumah.
kami sudah berusaha. kami telah berupaya. kami mohon kerjasamanya. bukan hinaannya.
apabila bapa-ibu tak berkenan menitipkannya kepada kami, silahkan bapak-ibu cari guru lain yang dirasa lebih mampu dai kami. yang lebih sabar untuk membimbing ananda tercinta kalian.
tapi mohon sekali lagi, JANGAN HINA KAMI!
kami hanya seorang guru biasa.
yang berpenghasilan tak seberapa.
tapi harus menanggung tanggung jawab besar dipundak.
yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi kecerdasan anak bangsa.
lalu, haruskah hinaan seperti itu yang kami terima?
mengapa tidak kita komunikasikan saja?
kita cari sumber masalah sebenarnya?
kita upayakan jalan keluar terbaik untuk bersama.
tak ingatkah engkau, siapa yang membantu engkau untuk bisa menggunakan seragam kebesaranmu?
seragam yang menjadi identitas kebangganmu?
ada sedikit jasa guru di sana.
ya, kami tau, hanya sedikit saja.
kami tidak meminta lebih.
karna kami, masih tau diri.




No comments:

Post a Comment

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...