Wednesday, March 23, 2011

pesan sang "pengarang" 2

andaikan kau masih ada, berdiri mendampingiku, tak mungkin seperti ini, ku ingin kau pun tahu, betapaku menyayangimu, andaikan ku sanggup untuk memutar kembali waktu, tak pernah sekejap pun ku mempermainkanmu dan alihkan kau dari perhatianku, dengar suara hatiku, aku bahagia saat bersamamu karena selama hidupku, hanyalah dirimu yang sanggup menyinggahi relung hidupku dan mengerti aku sepenuhnya, tak pernah mengeluh...

17 Maret 2011 (20:10:38)

seperti kemarau yang menanti hujan, ku tunggu kabarmu yang masih diam, apakah engkau baik-baik saja?

seperti tanah tandus yang tersenyum karena deras merebas,

aku hanya bisa mengucapkan salam dengan doa,

agar kau tak pernah kuran,

selalu tersenyum karena bahagai menjelang untukmu...

17 Maret 2011 (20:12:54)

lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku

terkulai lemas dikunyah nelangsa yang berapi-api

menyusuri jalan lengang

bersimbah angan tanpa tujuan

dalam derap gerimis yang pongah menghujam

terbuai wajahmu menyusup bertubi-tubi

membawa sebaris kata bahagia yang menenggelamkan nurani

di atas pengharapan tak berkesudahan

tentang rindu kusam

tentang cinta terbuang

mengutip satu namanu di anrata keluh kesah

gundah gelisah, air mata, dan lara

masihkah ada sedikit senyum darimu

di batas penantianku yang kini makin terbata

jika masih ada ruang dihatimu, untukku, sedikit saja, tolong bicaralah

pada tanah membentang

pohon-pohon merindang

dan angin yang mengusik keangkuhan

setidaknya biar ada tanda yang bisa kubaca dan kuraba

janganlah sepi yang hadir

janganlah semu yang membeku

karena aku selalu berjalan menujumu

17 Maret 2011 (20:20:11)

disini... masih bisa ku cium harum tubuhmu yang terjerat lelah

disini... masih ku coba meraba palung hatiku yang memadamkan perapian

disini... masih ku bingkai bayangmu yang hilang dibalik riuh tawa kemarin malam

disini... aku terbius wajahmu yang terbaring manja di peraduan

disini... aku mengundang semilir angin pada doa yang ku bacauntuk tidurmu

17 Maret 2011 (22:43:24)

tak pernah bosan aku berharap

menggantungkan rindu ini pada ribuan kata yang selalu hadir

kemarin, esok, atau lusa

satu tatap yang tercipta

memaksaku untuk diam dipelukan cinta

luruh tak tertahan

mengelopak pada bunga pagi

segar semerbak mewangikan rumah hatimu

masih adakah tempat disisi hatimu?

andai kau ijinkan,

aku ingin meraih bahagia

meski hanya di satu debu

18 Maret 2011 (18:14:55)

kalau kamu ragu denganku, biarlah hari ini menjadi hari terindah dalam hidupku sekaligus kesedihan dalam hatiku. kini ku bertanya, apakah desah itu masih setia mengiring harimu? di antara debar jantung yang merindukanmu. aku memilin seraut wajah yang menghantui malam-malamku. ku ingin engkau ada dalam keputusasaanku. menantimu hingga kaki-kaki tak mampu lagi berjalan. seandainya desah itu masiih bisa kucium disudut malam ini, akan ku katakan pada awan hitam, aku ingin menyapamu malam ini. namun karena semua mintamu, ku hanya bisa menyapa lewat semilir sebuah pesan. tak kuasa sudah ku ingin rebah di lapang hatimu. dan menangis di ujung matamu

19 Maret 2011 (20:19:45)

hujan kali ini, mengingatkanku padanya, kala itu, dia genggam erat tanganku, kala itu, dia bisikkan jangan kau pergi, dia pun bersedih meratapi perpisahan yang kan terjadi, ini bukan keinginanku, keinginannya, dan dia, tapi mereka.

ku takkan menyerah karena ku kan kemabli, aku akan kembali!

aku akan buktikan pada mereka, aku bisa membuatmu bahagia

20 Maret 2011 (11:28:25)

aku sendiri

emang salah kalo kali ini aku ngebahas soal yang sama dengan sobat-sobatku. dari ekspresi awalnya aja, mereka udah ngga ngeh lagi buat nanggapi masalah yang ada sama aku. Malah, ada yang secara terang-terangan merasa bosan, capek, and soon-lah buat hal yang satu ini. tapi aku ngga mau nyalahin mereka. emang bener kok. lagian ini kan masalah yang ngadepinnya kan aku, bukan mereka. kenapa juga harus bagi-bagi hal buruk ini dengan semuanya. aku mohon maaf kalo aku egois dalam menghadapi masalahku saat ini. aku emang mungkin bukan orang yang baik dalam bersikap jika sudah terbentur seperti ini. aku juga ngga mau untuk terus memaksa kalian mendengarkan cerita bodohku ini.

saat ini, sesungguhnya -sekali lagi- aku terluka. bukan hal yang mudah untuk menyelesaikan atau pun melewatkan hari-hari ditengah keterpurukan ini. jika pun ada yang peduli, hanya satu dari seribu. dan aku ucapkan beribu terima kasih untuk mereka yang masih mau memberikan rasa ibanya padaku.

bagaikan sudah jatuh, tertimpa tangga pula. aku sendirian dan tak ada dukungan untuk bisa membuat jiwa ini agar bisa lebih tegar. justru mungkin, akan lebih banyak lagi celaan yang bisa aku terima. aku udah ngga mau meneteskan lagi bulir bening ini. cukup sudah!

aku membangun keterpurukan ini sendiri, membasuh luka ini sendiri, mengusir sepi ini sendiri, mencoba untuk tersenyum sendiri. its all about my self, and just alone!

aku terkucilkan disaat hingar bingar pesta. aku terdiam diantara kesibukan dunia. hanya satu kata -SENDIRI-

Sunday, March 20, 2011

Tugas Metode Penelitian Sastra

Iseng aja ah posting tugas kuliah. Kebetulan disuruh ngerangkum. Yah, beginilah hasilnya...

Pendahuluan

Bab 1

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan wadah penyampaian gagasan, ide, dan pikiran pengarang terhadap suatu hal. Sebuah hasil karya sastra adalah pengembangan diri dari ekspresi dan kreativitas pengarang. Menurut Sumarjdo dan Saini (1997:7), “karya sastra yang bermutu merupakan ekspresi pengarangnya. Dengan sendirinya hanya orang yang jiwanya berisi saja yang mampu mengeluarkan sesuatu dalam dirinya.”

Salah satu bentuk karya sastra adalah fiksi. Fiksi sering disebut cerita rekaan. Cerita rekaan adalah hasil olahan pengarang berdasarkan pandangan dan tataran pengolahan tentang peristiwa, baik yang pernah terjadi ataupun pengolahan tentang peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam khayalan saja.

Novel merupakan salah satu bentuk karya fiksi. Hardaniwati dkk (2003:444) mengemukakan bahwa “novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.”

Diantara karya-karya novel, terdapat satu novel yang mendapat perhatian masyarakat cukup besar, yaitu Nagabonar Jadi 2. Novel ini juga telah diangkat ke layar lebar. Novel Nagabonar Jadi 2 telah mengalami dua kali cetak, yaitu cetakan pertama bulan April 2007 dan cetakan kedua Mei 2007.

Sejauh ini belum ada penelitian terhadap novel Nagabonar Jadi 2 karya Akmal Nasery Basral. Novel Nagabonar Jadi 2 mempunyai sisi menarik dalam menggambarkan tokoh. Tokoh dalam novel Nagabonar Jadi 2 terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. Tiap tokoh tambahan dihubungkan dengan tokoh utama. Tokoh utama diceritakan sedikit demi sedikit melalui tokoh tambahan. Setiap tokoh digambarkan dengan karakter yang berbeda.

Menganalisis karekter salah satu tokoh fiksi paling popular dalam sejarah perfilman Indonesia seperti Nagabonar adalah sebuah kerja kreatif yang menggairahkan. Untuk itu, judul yang ditentukan adalah “Analisis Tokoh Novel Nagabonar Jadi 2 Karya Akmal Nasery Basral.”

1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah karakter tokoh-tokoh novel Nagabonar Jadi 2 karya Akmal Nasery Basral?

1.3 batasan Masalah

Batasan masalah yang diteliti adalah tokoh. Analisisnya pada karakter tokoh-tokoh, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel Nagabonar Jadi 2 karya Akmal Nasery Basral.

1.5 Manfaat Penelitian

(1) Manfaat Teoritis

Penelititan ini bermanfaat sebagai pemantapan dan pengokohan mengenai metode dan teknik untuk menganalisis karakter tokoh dalam novel.

(2) Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Untuk memperkaya pemahaman tentang karakter-karakter tokoh dalam novel.

b. Media peningkatan apresiasi terhadap karya sastra terutama karya sastra novel.

c. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi mahasiswa pada kegiatan apresiasi fiksi.

d. Sebagai bahan peneliti lain yang tertarik pada hal yang sama yaitu karakter tokoh.

1.6 Batasan Istilah

Menurut Hardaniwati dkk (2003:203) “karakter adalah sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang lain.” Sedangkan menurut Ibrahim dan Saksomo (1987:77) ”tokoh adalah orang yang ditampilkan untuk mendukung cerita.”

Tokoh oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

BAB II

Kerangka teoritis

2.1 Pengertian Novel

Istilah novel diartikan sebagai karya yang mengungkapkan peristiwa kehidupan manusia pada suatu saat secara mendalam. Novel sebagai karya sastra fiksi merupakan hasil renungan, pemikiran dan pengalaman panjang terrhadap peristiwa kehidupan manusia yang disampaikan dengan bahasa yang terkesan. Novel adalah sebuah karya sastra berbentuk fiksi yang telah dirangkai dengan fakta kehidupan dan dibumbui dengan khayalan pengarang terlebih dahulu, sehingga menjadi bacaan yang mempunyai tujuan dan misi untuk mempengaruhi masyarakat penikmat sastra.

2.2 Pengertian Tokoh

Aminuddin (2004:79) mengemukakan bahwa “tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.” Sejalan dengan itu, menurut Ibrahim dan Saksomo (1987:77) “tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan untuk mendukung cerita.”

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam cerita mengemban peristiwa-peristiwa yang membentuk sebuah cerita.

2.3 Jenis-jenis Tokoh

Secara garis besar dalam sebuah karya fiksi dijumpai dua macam tokoh yang memiliki peran berbeda, yakni tokoh inti atau tokoh utama dan tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Aminuddin (2004:79-80) mengemukakan bahwa “tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita, sedangkan tokoh tambahan atau tokoh pembantu adalah tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung pelaku utama.”

Aminuddin (2004:80) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan mana tokoh utama dan mana tokoh tambahan, yaitu: “melihat keseringan pemunculan dalam cerita dan petunjuk yang diberikan pengarang.” Keseringan pemunculan yang dimaksud adalah bahwa tokoh utama terlibat pada sebagian besar peristiwa dalam cerita.

2.4 Pengertian Karakter

Menurut Sudjiman (1991:23) karakter ialah “kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain.” Selanjutnya, Hardanaiwati dkk (2003:303) mengemukakan karakter adalah “sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang lain.” Menurut Lagos Egr (dalam Sukada,1987:64) ”karakter seorang tokoh memiliki tiga dimensi sebagai struktur pokoknya, yaitu fisiologis, sosioligis, dan psikologis.” Ketiga dimensi tersebut adalah tiga unsur yang membangun karakter dalam sebuah karya sastra.

2.5 Teknik Penampilan Karakter Tokoh

Ada dua cara yang digunakan untuk menampilkan watak tokoh dalam suatu cerita, yaitu:

a. Secara analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan watak atau karakter tokoh. Bisa saja tokoh tersebut keras kepala, penyayang, dan sebagainya.

b. Secara dramatik, yaitu penggambaran secara langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui: (1) pilihan nama tokoh, misalnya Sarinem untuk babu, Mince untuk gadis rada genit, dan seterusnya; (2) melalui penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh–tokoh lain, lingkungan dan sebagainya; (3) melalui dialog, baik dialog tokoh-tokoh yang bersangkutan dalam interaksinya dengan tokoh-tokoh lainnya.

Bab III

Metode penelitian

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan terutama dalam pengumpulan dan klasifikasi data laporan. Data yang dideskripsikan berupa data verbal yang mengungkapkan karakter tokoh.

Metode kualitatif bersifat deskriptif: “penelititan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang atau perilaku yang diamati” (Bogdan dan Taylor (dalam Aminuddin,1990:14). Prosedur penelitian dipilih dan ditentukan peneliti sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelititan ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif membatasi diri pada penelaah karya sastra itu sendiri, terlepas dari soal pengarang dan pembacanya. Yang menjadi objek analisisnya hanya unsur-unsur di dalam karya sastra itu sendiri. Dengan kata lain, pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi instrinsik yang membangun suatu karya sastra.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrument untuk melakukan pengamatan penuh terhadap karakter tokoh dalam novel Nagabonar Jadi 2. Penelitian tentang karakter tokoh ini temasuk ke dalam penelitian kajian pustaka (studi dokumentasi).

3.4 Data dan Sumbernya

3.4.1 Data

Data dalam penelitian ini adalah data verbal yang berupa kalimat, paragraf yang berupa narasi ataupun dialog dan karakterisasi langsung yang berhubungan dengan karakter tokoh novel Nagabonar Jadi 2.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah novel Nagabonar Jadi 2 karya Akmal Nasery Basral, cetakan kedua terbitan bulan Mei 2007. Novel ini diedit oleh Aries Rayaguna Prima. Konsep desain sampulnya oleh X-faktor, desain isi oleh Aditbujubunagalabuset, diterbitkan dan didistribusikan oleh PT. Andal Krida Nusantara, serta tebal 241 halaman ( 9 bab).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik penelitian kepustakaan atau studi pustaka dengan langkah pengumpulan data membaca keseluruhan novel dengan teliti, kritis, dan berulang-ulang, memindai bagian novel yang menyangkut karakter tokoh, dan menginventarisasi data utama yaitu kalimat, paragraf yang mengungkapkan karakter tokoh.

3.6 Analisis Data

Analisis dilakukan terlebih dahulu setelah data terkumpul. Data yang terkumpul diklasifikasikan berdasarkan karakter tokoh utama dan tokoh tambahan, lalu dianalisis. Kemudian mendeskripsikan data yaitu dengan memaparkan data yang ada secara terperinci. Secara bertahap, data yang telah diklasifikasi diperiksa keakuratan dan kelayakan data sehingga dirumuskan kesimpulannya.

3.7 Pengecekan Keabsahan Data dan Hasil Temuan

Tujuannya adalah agar data yang diteliti dapat benar-benar dipertanggungjawabkan dari segala segi. Mengecek keabsahan data dengan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data tersebut.

Bab IV

Hasil penelitian

4.1 Identifikasi Tokoh Novel

Tema dari novel Nagabonar Jadi 2 adalah konflik antara seorang ayah dengan anaknya tentang perkebunan kelapa sawit. Pada bagian pertama novel, pengarang langsung mengenalkan tokoh utama, yaitu Nagabonar. Karena tokoh Nagabonar paling banyak mendapat permasalahan-permasalahan yang menimbulkan konflik jiwa dalam dirinya.

Sedangkan untuk tokoh tambahan antara Bonaga, Monita, Umar, Jaki, Pomo, Ronny, Kirana, Maryam, Parto, Inah, Tulus, dan Parman. Tokoh-tokoh tambahan ini sepenuhnya mendukung ini permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh tokoh utama.

4.2 Karakter Tokoh Utama

Tokoh utama dalam novel Nagabonar Jadi 2 adalah Nagabonar (aku). Setiap bagian dalam konflik-konflik yang dialami oleh tokoh Nagabonar yang paling banyak mendapat waktu penderitaan dan berhubungan dengan tokoh lain.

4.2.1 Tokoh Nagabonar (Aku)

Karakter tokoh Nagabonar ditentukan melalui aspek fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Secara aspek fisiologis, Nagabonar adalah seorang lelaki yang telah cukup berumur. Nagabonar memiliki fisik yang sangat kuat.Namun Nagabonar tidak memiliki wajah yang tampan. Sedang dari aspek sosiologisnya, Nagabonar adalah seorang mantan pejuang kemerdekaan. Sebelumnya, Nagabonar adalah seorang pencopet yang diangkat menjadi jenderal di masa perang kemerdekaan. Selanjutnya, Nagabonar lebih suka tinggal di desa yang sepi, damai, dan tenang bersama perkebunan kelapa sawit. Untuk aspek psikologis, Nagabonar adalah seorang yang buta huruf. Tetapi Nagabonar memiliki semangat kebangsaan yang tinggi. Hal ini terlihat ketika di Jakarta bersama Umar yang menjadi sahabatnya di Jakarta mengunjungi patung-patung pejuang kemerdekaan. Nagabonar juga seorang yang penuh emosi, buas, dan pemarah. Hal ini disebabkan karena dendam dan kebenciannya terhadap sekutu yang dulu telah membuat bangsa menderita.

4.3 Karakter Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan dalam novel ini merupakan tokoh yang sepenuhnya mendukung tokoh utama. Tokoh tambahan tersebut yaitu Bonaga, Monita, Umar, Jaki, Pomo, Ronny, Kirana, Maryam, Parto, Inah, Tulus, dan Parman.

4.3.1 Tokoh Bonaga

Bonaga merupakan anak dari Nagabonar. Secara fisiologis, Bonaga adalah seorang anak laki-laki memiliki fisik yang kuat. Dia mempunyai postur tubuh lebih tinggi dari pada ayahnya. Bila ditilik dari sosiologis, Bonaga merupakan anak seorang mantan pejuang kemerdekaan yang sukses mengelola perkebunan kelapa sawit. Berbeda dengan ayahnya, Bonaga tidak suka tinggal di desa yang sepi. Dia lebih suka suasana kota. Bonaga juga merupakan pengusaha muda yang sukses. Namun sayangnya, dia kaku dalam bergaul. Dari aspek psikologis, Bonaga merupakan anak yang cerdas, berbakat, penuh dengan semangat. Bonaga merupakan anak yang berbakti kepada orang tua, meskipun ia telah menjadi seorang pengusaha yang sukses.

4.3.2 Tokoh Monita

Monita berperan sebagai teman Bonaga sekaligus kekasihnya. Secara fisiologis, Monita adalah seorang anak perempuan yang mempunyai kulit putih dengan wajah yang cantik. Wajahnya seperti blasteran, sehingga membuatnya tampak anggun. Dari segi sosiologis, Monita keturunan Indo. Ayahnya berasal dari Inggris. Monita merupakan seorang wanita berpendidikan yang bekerja sebagai konsultan pada perusahaan Bonaga. Meskipun menaruh hati pada Bonaga, tetapi ia bisa profesional dalam menempatkan urusan pribadi dan pekerjaan. Sedangkan aspek psikologisnya, Monita seorang wanita yang cerdas dan berbakat. Ia juga pribadi yang halus dan tidak sombong. Ia juga wanita yang bertanggung jawab dan mandiri.

4.3.3 Tokoh Umar

Umar merupakan tokoh tambahan yang hadir sebagai teman Nagabonar yang dikenalnya secara tidak sengaja ketika Nagabonar ingin pulang mencari rumah Bonaga. Secara fisiologis, pengarang tidak terlalu menonjolkan keadaan fisik Umar. Namun yang tergambar hanya Umar sebagai seorang yang kuat karena setiap hari berkeliling Jakarta sebagai seorang supir bajaj. Secara sosioligisnya, Umar merupakan seorang anak pejuang. Umar tinggal di perkampungan kumuh yang berada di belakang kompleks rumah Bonaga. Selain sebagai supir bajaj, Umar juga menjadi guru mengaji. Hal ini dilakukannya sebagai rasa kepeduliannya terhadap anak-anak yang ingin belajar Al-Quran. Dan secara psikologis, Umar merupakan pribadi yang optimis, jujur, dan selalu senyum. Umar juga memiliki pribadi yang tulus dalam menolong orang. Kebaikan dan ketulusan hati Umar membuat dirinya selalu berprasangka baik pada setiap orang.

4.3.4 Tokoh Jaki

Jaki merupakan sahabat dari Bonaga dan sekaligus sebagai rekan kerja Bonaga. Secara fisiologis, Jaki seorang lelaki berkaca mata dan berkulit agak gelap. Memiliki tampang yang lucu yang diibaratkan seperti kelapa sawit busuk yang tak bisa diolah oleh Nagabonar. Secara sosiologis, tak terlalu digambarkan pengarang. Yang menjadi keterangan adalah Jaki bekerja di perusahaan Bonaga dan merupakan tangan kanan Bonaga. Dari segi psikologis, Jaki seorang yang setia, penuh semangat dan lugu. Keluguannya itu tampak ketika Jaki tidak menyadari dompetnya hilang dan berada di tangan Nagabonar. Selain itu, Jaki selalu perhitungan dan tidak menghargai jerih payah orang lain. Hal ini terlihat pada saat ia memberi upah Rp.10.000 kepada portir yang membawa barang-barang saat menjemput Bonaga dan Nagabonar di bandara. Padahal barang yang dibawa banyak.

4.3.5 Tokoh Pomo

Pomo merupakan sahabat Bonaga dan juga rekan kerja Bonaga. Tokoh Pomo tidak banyak hadir dalam cerita. Secara fisiologis, Pomo merupakan lelaki yang jangkung dan berkulit putih. Sedangkan secara sosiologis, Pomo merupakan seorang direktur teknik di perusahaan Bonaga. Untuk aspek psikologisnya, Pomo merupakan seorang yang penuh semangat. Namun dia seorang yang penuh keraguan dan tidak percaya kata hatinya akan kemampuannya sendiri.

4.3.6 Tokoh Ronny

Ronny merupakan sahabat dan rekan kerja Bonaga. Secara fisiologis, Ronny tidak begitu digambarkan oleh pengarang. Sedang secara sosiologis, Ronny merupakan teman dekat Bonaga dan sekaligus rekan kerja Bonaga di perusahaan. Untuk aspek psikologisnya, Ronny memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah. Dia percaya pada kebenaran yang diyakini. Sehingga membuat Ronny menjadi seseorang yang berlebihan dalam berbicara.

4.3.7 Tokoh Kirana

Kirana merupakan tokoh tambahan yang mendukung tokoh utama yang berperan sebagai istri Nagabonar. Dalam pembahasannya, tokoh Kirana hadir pada setiap bagian novel melalui dialog Nagabonar ketika mengenang Kirana semasa hidupnya. Secara fisiologis, Kirana merupakan seorang wanita yang berparas cantik dan menawan. Sedangkan secara sosiologis, Kirana merupakan orang yang berada dan anak dari seorang dokter. Kirana dahulunya merupaka tawanan dari Nagabonar. Namun pada akhirnya, Nagabonar menaruh hati padanya. Secara psikologis, Kirana seorang yang baik. Hal ini tergambar dari sifatnya yang rela berkorban demi orang-orang yang dicintainya. Kirana juga merupakan wanita yang tegar, sabar dan tenang dalam menghadapi masalah.

4.3.8 Tokoh Maryam

Tokoh Maryam tidak selalu hadir dalam setiap bab cerita. Secara fisiologis, Maryam merupakan seorang lelaki yang berbadan tegap, namun memiliki kaki yang cacat. Karena berjalan dengan terpincang-pincang. Untuk aspek sosilogisnya, Maryam merupakan seorang pencopet yang mengangkat dirinya sebagai jendral. Namun keadaannya kini berubah. Ia merupakan seorang staf ahli menteri dan bukan lagi seorang pencopet. Secara psikologis, Maryam seorang yang sombong. Kesombongan dirinya terlihat dari wajahnya yang memandang rendah orang lain. Maryam juga seorang yang egois, penuh emosi, dan mudah tersinggung.

4.3.9 Tokoh Parto

Parto hadir sebagai pembantu di rumah Bonaga. Secara fisiologis, Keadaan fisik Parto tidak begitu digambarkan oleh pengarang. Namun, berhubung ia bekerja sebagai seorang pembantu, tersirat dalam cerita bahwa ia lelaki yang memiliki fisik yang kuat. Selanjutnya, secara sosiologis, Parto merupakan orang desa yang masih menjaga tata krama dan santun terhadap majikannya. Hal ini terlihat saat Nagabonar mengajaknya makan satu meja, Parto justru lebih memilih untuk makan di belakang. Untuk aspek psikologisnya, Parto sangat perhatian terhadap majikannya.

4.3.10 Tokoh Inah

Inah juga hadir sebagai pembantu di rumah Bonaga. Secara fisiologis, Inah tidak begitu tergambarkan oleh pengarang. Namun karena ia bekerja sebagai pembantu, secara tersirat ia memiliki fisik yang kuat. Untuk aspek sosiologis, seperti halnya Parto, Inah juga seorang gadis dari desa. Ia masih menjaga tata krama dan bersikap sopan terhadap majikannya. Hal ini terlihat saat ia menolak ajakan Nagabonar untuk makan satu meja. Namun ia lebih memilih untuk makan di belakang. Untuk aspek psikologisnya, Inah juga termasuk yang perhatian terhadap majikannya laiknya Parto. Namun ia sedikit cerewet dan suka sedikit mengatur, karena terlihat saat ia meminta Nagabonar untuk makan, tetapi sang majikan belum juga mau makan.

4.3.11 Tokoh Tulus

Tulus hadir sebagai anak Umar. Secara fisiologis, Tulus merupakan anak laki-laki yang memiliki fisik kuat karena gemar bermain sepak bola. Secara fisiologisnya, Tulus merupakan anak tunggal dari Umar. Tulus sangat mudah bersahabat dengan orang lain tanpa mengenal umur. Karena Tulus mau menerima Nagabonar sebagai teman bermainnya dalam sepak bola. Untuk aspek psikologis, Tulus adalah anak yang cerdas, berbakat, dan penuh semangat. Tulus suka bertanya tentang hal apa saja yang belum ia ketahui. Dan hal ini juga dilakukannya terhadap Nagabonar tentang masa perjuangan.

4.3.12 Tokoh Parman

Parman hadir sebagai sopir pribadi Bonaga. Parman memiliki fisik yang kuat secara fisiologisnya. Karena ia bekerja sebagai sopir. Pada aspek sosiologisnya, Parman masih menjaga tata kramanya terhadap majikan. Ini bisa dilihat karena saat Nagabonar ingin duduk di depan bersamanya, Parman justru melarang karena ia merasa bahwa ia tak sejajar dengan majikan. Untuk aspek psikologisnya, Parman sangat setia terhadap majikan. Itu karena Parman telah lama bekerja dengan Bonaga, yaitu 5 tahun lamanya. Parman juga sangat serius dan tidak memiliki rasa humor. Itu dilihat saat Nagabonar mengajaknya mengobrol di waktu berkendara, ia hanya bisa mengatakan bahwa saat menyetir tidak bisa diajak mengobrol.

Bab V

Penutup

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, novel Nagabonar Jadi 2 ini terdapat beberapa tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam novel yaitu Nagabonar. Sedangkan tokoh tambahan ialah Bonaga, Monita, Umar, Jaki, Pomo, Ronny, Kirana, Maryam, Parto, Inah, Tulus, dan Parman. Karakter pada tokoh tersebut diuraikan melalui tiga aspek, yaitu aspek fisiologis, aspek sosiologis, dan aspek psikologis.

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...