Tuesday, January 19, 2016

Resensi: 4 Musim Cinta


 Sebenernya, kalo mau diceritain awalnya bisa dapetin buku novel ini, dapet promo langsung dari salah satu penulis. Secara ini novel merupakan hasil godokan dari 4 orang sekaligus. Nah, kebetulan, salah satunya itu kenal. Sesama perwakilan Duta Bahasa untuk tingkat nasional dari daerah masing-masing –tetanggaan pula, Jambi dan Sumsel- tahun 2009. Sebenernya lagi, udah ada beberapa buah buku yang dihasilkannya. Cuma, baru yang satu ini aja yang berhasil didapatin. Baiklah, berikut resensinya:

4 Musim Cinta
Sampul buku (dok. pribadi)
Cerita dalam novel ini mengambil kisah 4 orang pegawai kantor pemerintahan yang berasal dari area kerja yang berbeda. Adakalanya mereka bertemu karena kegiatan kantor, semacam pelatihan, di kantor pusat.
Gayatri, Pring, Arga, dan Gafur. 4 individu dengan keunikan sifat masing-masing.
Gayatri, gadis Bali yang merasa berbeda dengan wanita-wanita lain pada umumnya. Berkulit hitam manis, tinggi semampai, dan memiliki otak yang lumayan jenius. Sangat suka menyendiri untuk beberapa alasan tertentu. Pernah mengalami kesedihan cukup mendalam perihal cinta. Dan harus mengalami kesedihan yang sama karena terjebak perasaan terhadap rekan sejawat yang sekaligus telah dianggap sebagai sahabat sendiri, Pring. Gayatri harus menelan pil pahit karena setelah harapannya untuk bisa lebih dekat dengan Pring, ternyata Pring sendiri telah beristri. Gayatri harus kembali tegar untuk urusan hatinya.
Pring.  Pria beristri asal Palembang yang terdapar ke wilayah kerja daerah Lombok. Terpisah jauh sementara waktu dengan istri tercinta karena sang istri memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Kota Kembang. Harus merasakan getirnya mempertahankan pernikahan dengan sang istri, Indah, karena kedekatannya dengan Gayatri. Terlebih lagi, Gayatri sangat menyukai untaian kata-kata indah Pring yang dikirimkan via pesan singkat atau pun yang dibacanya dari media sosial milik Pring.
Arga. Pria Jawa yang selalu gagal dalam menjalin hubungan cinta. Beberapa kali patah hati dengan berbagai alasan yang pada akhirnya membuat dirinya terluka. Hingga pada suatu waktu, merasa seperti ‘sudah jatuh tertimpa tangga’. Saat ia mulai merasa nyaman dengan seorang gadis, sayangnya gadis itu adalah kekasih hati sahabat dekatnya sendiri, Gafur.
Hari kedatangan (dok. pribadi)
Gafur. Pria berdarah Makasar yang terikat cinta dengan seorang gadis Sunda yang memiliki trauma mendalam mengenai pernikahan hingga ia enggan untuk menikah. Gadis tersebut terpaksa menolak ajakan Gafur untuk menikah karena ia tak mau merasakan tragisnya dunia pernikahan laiknya yang dialami oleh kedua orang tuanya. Meskipun Gafur telah berusaha meyakinkan, pada akhirnya mereka harus berpisah karena Gafur harus pindah tugas dan ditambah lagi sebuah kesalahpahaman muncul antara ia, Arga, dan gadis itu.
Tokoh yang ada dalam cerita ini memang saling terkait satu sama lain. Seolah mereka tak bisa terpisah dengan jalan cerita hidupnya masing-masing. Seru. Karena dari keempat penulis bisa menggabungkan ide cerita mereka dengan sangat menyatu. Bahkan, jujur, aku sampai terhanyut dan terkejut sebab cerita dari salah satu nama dari tokoh yang ada –Pring- aku mengenal sosoknya. Sempet syok eeiihhh.... Ga lama setelah baca keseluruhan isi cerita novel, buru-buru minta konfirmasi. Takut kalo ini cerita based on true story! Kan gawat :D Meskipun memang ini cerita banyak diambil dari pengalaman hidup masing-masing penulis. Yah, ga ingat kalo tetep ada selipan fiksinya :p
Pesan penulis (dok. pribadi)
Tak bisa dipungkiri bahwa hidup memang sangat banyak menyimpan rahasia. Pertaruhan antara rasa cinta, kesetiaan, persahabatan, semua klop menyatu dalam novel ini.
Buat yang pengen tau gimana pengalaman dari para pegawai pemerintahan negeri kita yang mengabdi dengan segala sisi persoalan kehidupan mereka, kayak cocok baca novel ini. Supaya kita ga selamanya berasumsi bahwa, jadi pegawai pemerintahan itu udah pasti hidup sejahtera, banyak uangnya, trus ntar pensiun masih punya banyak simpanannya #eh 

Judul buku    : 4 Musim Cinta
Penulis            : Mandewi, Gafur, Puguh, Pringadi
Penerbit         : Exchange

Tahun terbit  : April, 2015

2 comments:

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...