
Pada bingung kan sebenarnya dengan maksud paragraf pertama di atas? Kenapa
juga ngomongin soal kebodohan? Tapi pada sadar ga kalo ternyata di negeri kita
ini tingkat kebodohan cukup tinggi? Kebodohan dalam arti tingkat kemampuan
dalam ilmu pengetahuan. Kalo mau mengartikan kebodohan dibidang lain, ya
terserah aja, suka-suka kalian deh.
Ada satu novel pendidikan yang mengangkat suatu fenomena yang sempat
menghebohkan jagat Indonesia beberapa tahun silam. Ingat kasus Ponari? Itu loh,
si dukun cilik yang bisa menyembuhkan banyak orang dengan hanya memberikan air
minum yang telah dicelupi batu bertuah miliknya. Beribu-ribu orang rela
mengantri untuk mendapatkan segelas air itu. Sampai-sampai sekolah Ponari pun
terbengkalai karena harus menyembuhkan pasien-pasiennya. Nah, cerita itu yang
diangkat kembali oleh sang penulis, Wiwid Prasetyo. Lebih kurang ceritanya ya
seperti itu. Hanya saja, di sini, lebih menitikberatkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan sekolah, kebodohan, hal-hal klenik, dan desa.
Tokoh utama yang diceritakan ini bernama Ponijo. Penduduk desa
Balongsari, Jawa Timur, yang tiba-tiba menjadi terkenal karena ia memiliki
kemampuan menyembuhkan penyakit dengan bantuan batu petir yang didapatkannya
saat ia terkena petir ketika bermain layang-layang. Awal mulanya, batu itu
hanya batu biasa. Entah dari mana seketika datang keyakinan dari dalam hatinya
bahwa batu itu dapat menyembuhkan penyakit. Kebetulan pula adiknya sedang sakit
keras. Ponijo bersikeras bahwa yang menyembuhkan adalah dirinya, bukan dokter
yang dikirim oleh Koh Tjik Hwa untuk membantu keluarganya. Bapak dan ibunya
telah membantah keras apa yang dikatakan oleh anaknya. Namun, Ponijo sendiri
entah mengapa menjadi angkuh dan tak mau mendengar apa kata orang tuanya. Ia
pun menceritakan kepada teman-temannya mengenai batu petirnya itu. Bersama
Dullah dan Sarpin, Ponijo pergi ke Bukit Salak untuk menemui seorang yang sakti
guna menanyakan batu petir itu. Namun yang ada, orang sakti itu meminta Ponijo
untuk melupakan perihal batu petirnya dan lebih baik fokus untuk belajar demi
masa depannya. Ketiga anak ini kecewa bukan kepalang.
Orang-orang menyemut datang ke rumah Ponijo mengantri minta
disembuhkan. Mereka sangat percaya dengan Ponijo dan batu petirnya. Orang-orang
kampung berbondong-bondong membantu keluarga Ponijo agar segala sesuatunya
berjalan dengan lancar. Orang tua Ponijo tak bisa berbuat apa-apa. Mereka
sendiri sebenarnya sangat tidak setuju dengan apa yang dilakukan anaknya.
Mereka takut anaknya menjadi syirik karena percaya kepada batu. Mereka pun tak
mau orang-orang yang lain ikut menjadi pengikut setan dengan mempercayai air
celupan batu petir Ponijo dapat menyembuhkan penyakit.
Namun pada akhirnya Ponijo menyadari bahwa apa yang dilakukannya
jusrtu berdampak buruk pada dirinya sendiri. Ponijo sulit konsentrasi saat
bersekolah dan fokus untuk belajar. Ia terlalu kelelahan menangani pasien yang
jumlahnya bisa sampai ribuan dalam satu malam. Untuk bisa menghentikan
prakteknya, Ponijo bersiasat dengan mengatakan kepada orang-orang bahwa batunya
terjatuh ke dalam jamban. Sempat terjadi kekecewaan, akan tetapi pasien Ponijo
yang sangat maniak padanya rela membongkar septitank jamban dirumahnya. Mereka percaya,
isi septitank itu ikut keramat karena terkena batu petir Ponijo. Mereka mandi
dengan kotoran manusia. Sungguh nekat dan gila tingkah pasien Ponijo. Padahal,
Ponijo masih menyimpan batu itu disakunya. Melihat kejadian yang menghebohkan
tersebut, Ponijo diamankan oleh pihak keamanan agar Ponijo dan keluarga tidak
diamuk massa.
Nah, kalo ngebaca buku ini, emang sangat menghadirkan bagaimana
tingkah laku penduduk Indonesia yang mudah percaya akan sesuatu berbau magic. Penduduk kita terlalu mudah
kemakan omongan yang belum tentu kebenarannya. Kebodohan seperti itu seolah
menjadi ciri penduduk dinegeri ini. Penyampaian dalam buku ini tidak menggurui,
namun meminta kita untuk merenungkan setiap kata demi kata yang tertulis. Kalo kata
anak muda sekarang, “dalem banget!”
Kalo sih, sangat menyarankan bagi kalian yang ngaku sebagai pencinta
buku dan juga peduli dengan bangsa ini (walah, lebay) ada baiknya kita berkaca
dari novel ini. Direkomendasiin abnget deh! Selamat membaca... :D
Biodata buku:
Judul
: Sekolah, Ayo Sekolah
Penulis : Wiwid Prasetyo
Penerbit : Diva
Press
No comments:
Post a Comment