Wednesday, October 23, 2013

aku? guru?

Tiba-tiba, terlintas ucapan temen beberapa waktu yang lalu. “Buat apa jadi guru. Udah gajinya kecil, mesti ngurusin anak orang lagi. Mending kalo kelakuannya bener, ini malah banyakan yang bandel, apalagi anak zaman sekarang, aduuuh, rempong, ciin! Bukannya cuma bikin makan ati aja ya? Mending kerja kantoran ato di bank aja gitu. Jelas pula gajinya gede.” Duh, kalo ingat apa yang dia katakan, rasanya semua itu bener.
Meskipun sama-sama berijazah S-1 pendidikan, tapi dia justru lebih memilih untuk menjadi pegawai sebuah bank ketimbang menjadi guru dengan segala unek-unek yang diungkapkannya itu. Aku udah ngerasain bener gimana beratnya, gimana susahnya, gimana pula rasa jengkelnya. Ga ada dalam pernyataan temen itu. Tapi sayangnya, aku masih terlalu idealis dengan apa yang saat ini aku miliki. Persoalan prilaku anak-anak zaman sekarang, emang minta ampun banget kelakuannya. Tapi sejauh ini, masih bisa dimaafkan. Terus soal gaji, emang sih, namanya juga cuma guru honor, ga seberapa yang bisa didapat. Malah jauh dari UMR daerah. Tapi sekali lagi, aku ga memburu uang aja. Aku ingin bekerja di tempat yang bisa memberikan ketentraman dan kenyamanan. Lalu pertanyaannya adalah apakah tempat dimana sekarang aku kerja ini, bisa memberikan itu? Sebenarnya, aku ga mau terus berkeluh kesah. Capek! Tapi entahlah, apa karena aku yang kurang bersyukur ato emang ga bisa menerima kondisi yang ada, selama beberapa waktu ini, rasanya aku hanya dibuat uring-uringan. Kenyamanan yang aku inginkan hanya bisa aku rasakan sesaat. Selebihnya, aku harus mempersiapkan topeng berkali-kali lipat banyaknya. Guru baru! Yah, memang status itu yang masih disandang sampai dengan beberapa bulan ini. Mungkin, karena predikat ‘baru’ itu, segala hal terasa masih sangat berat. Aku muda, tak berarti tak ingin belajar dari keadaan. Justru itu suatu keharusan! Tapi, mungkinkah segalanya hanya dipelajari sendiri ? sedangkan jelas ada sosok yang bisa memberikan pengarahan? Aku hanya ingin belajar, bukan ingin merebut posisi atau apalah itu namanya. Aku hanya ingin dibimbing, diberitahukan mana yang seharusnya dilakukan dan bagaimana caranya, serta apa pula yang tidak boleh aku lakukan. Tapi.... ya sudahlah, tak ada kata untuk menyambungnya.
Jelas manusia punya batasan kesabaran. Selama ini, aku berusaha untuk tetap tenang dan santai. Bukankah itu yang selalu aku ingatkan kepada teman yang juga merasakan hal yang sama? Lalu, mengapa kini seolah omongan itu memakan diriku sendiri? Mengapa justru aku yang kini terpuruk? Kenapa?

Tetap tenang, melly. Semua pasti akan berlalu. Jika memang kamu berbuat salah, cobalah untuk mencari jalan memperbaikinya. Apapun itu. Dengan atau tanpa bantuan. Sabar, masih ada yang mendukungmu, melly. Jika memang kamu udah ga dibutuhkan lagi, tenang aja. Ga hanya satu tempat yang menantimu, masih ada ribuan bahkan jutaan posisi yang membutuhkan dirimu, yang memang mengerti apa yang kamu mau, dan bisa bekerja sama denganmu. Keep stay cool, melly. You can do it! Yes, you must believe!

No comments:

Post a Comment

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...