Saturday, April 14, 2012

arti ilmu masa lampau dan masa sekarang

Gara-gara nonton Kick Andy dalam episode perjuangan anak bangsa untuk bisa mencapai cita-cita demi kehidupan yang lebih baik dimasa depan, mereka rela bekerja sambil bekerja. Melihat kondisi itu, sebenarnya apa yang mereka lakukan ga jauh berbeda dengan apa yang aku kerjakan. Tapi mungkin apa yang mereka lakukan benar-benar untuk membiayai pendidikan mereka, kalo aku sendiri mungkin sekedar hanya bisa membantu memenuhi kebutuhan kuliah atau sesekali memberikan uang saku buat tambahan jajan adek.

Ada Indah. Seorang mahasiswi jurusan FKIP B.Indonesia di salah satu universitas di Kepri, yang harus menyambi menjadi seorang tukang ojek anak sekolah untuk bisa membiayai kuliahnya. Sama persis denganku, aku juga mahasiswa dari program studi yang sama dengannya. Cuma yang beda, dia bener-bener pengen jadi guru. Tapi kalo aku, masih setengah-setengah niatnya.
Indah rela bangun pagi-pagi buat ngantarin langganannya ke sekolah plus siangnya ngejemput, baru habis itu kuliah. Kalo aku, semester awal dulu sempat freelance di media massa sekalian mengasah kemampuan menulisku. Namun sekarang, aku justru ingin mengasah kemampuan berbicaraku, makanya nyari suasana baru jadi penyiar radio. Alasannya sama, selain pengen bisa membantu orang tua, tapi juga aku pengen bisa mencari uang bagi diriku sendiri. Aku ga ma uterus menerus bergantung dibawah ketiak papa. Istilahnya gitu.
Tapi bukan hal mudah jika itu dilakukan. Dengan jumlah uang yang sebenarnya tak seberapa didapatkan, tapi ada rasa kepuasan batin dalam hati ini. Belum lagi aku bisa menambah teman sebagai link komunikasi. Karena, siapa tau dari mereka bisa dapat info soal peluang pekerjaan. Itu memang terbukti!
Itu baru satu kisah yang tergambar di depan mata. Sebab, masih ada ribuan cerita lain diluar sana yang satu sama lain tak jauh beda. Anak-anak bangsa harus bekerja membanting tulang untuk bisa menggapai pendidikan mereka sekaligus untuk membantu perekonomian keluarganya. Bahkan dari usia yang sangat belia. Tapi itu bagi mereka yang kurang beruntung. Lalu, bagaimana dengan anak-anak zaman sekarang yang sudah terbuai dengan kenikmatan hidup?
Aku masih ingat, seseorang sempat menyindir dengan apa yang aku lakukan. Yah, mungkin seperti itu, atau hanya sekedar bertanya barangkali. “Untuk apa bekerja seperti ini? Memangnya berapa banyak uang yang didapatkan?”  Aku hanya bisa menjawab dengan bijak, “Tak usah dihiraukan. Uangnya memang tak sebanyak uang jajanmu. Tapi pastinya kalo tidak bekerja, mana bisa aku kuliah.” Jawaban yang tidak terlalu rumit, namun aku pikir sangat mengena. Tapi jujur saja, pertanyaan itu sempat membuat aku down. Yah, sebenarnya itu seseorang yang aku harapkan bisa memberikan semangat lebih, namun ternyata malah sebaliknya. Tapi biarlah, itu cuma kisah lama. Tapi setidaknya, dari pertanyaan yang ‘sepele’ itu, aku justru lebih terpacu lagi untuk bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah agar bisa terus meneruskan pendidikanku hingga tingkat tertinggi.
Melihat kondisi sekarang, aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Masalahnya, anak-anak masa kini sudah terlalu terbuai dan termanjakan dengan segala fasilitas yang diberikan oleh orang tua mereka. Memang sih, memanjakan anak itu hak dari orang tua masing-masing, tapi sayangnya, sepertinya mereka lupa jika kehidupan dimasa depan justru akan lebih berat daripada saat ini. Jika mereka terus diberikan kemudahan, kenyamanan, kemanjaan, dan segala kenikmatan lainnya yang instan, bagaimana mereka bisa menghadapi masalah dimasa depan? Sedang untuk membuat secangkir teh saja, mereka berteriak untuk minta dibuatkan. Wow, miris sekali!
Ada banyak hal yang harus dimengerti, dipahami, dan dipelajari oleh generasi bangsa masa kini. Tak mungkin ada hujan uang di dunia ini. Mereka harus bisa berusaha dan berkreatifitas agar bisa menggapai mimpi mereka. Jangan hanya bisamengandalkan apa yang orang tua mereka miliki. Semoga saja mereka bisa memahami…


 3 Kunci utama meraih kesuksesan dalam menggapai mimpi:
Ambisi, cita-cita
Kekuatan, kemampuan
Usaha  


No comments:

Post a Comment

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...