Saturday, March 10, 2012

Bahasaku, Tersingkirkan!

aku merusuh dengan acara yang tadi pagi dilaksanakn di balerung kampus unja tercinta. ada satu hal yang sangat aku perhatikan di sana. mudah saja, penggunaan bahasanya! mengapa demikian???
aku ga mau kalo sampai ada yang mencap cuma gara-gara aku seorang Duta Bahasalah, atau karena berasal dari prodi Bahasa Indoensia, terus dengan semena-mena diremehkan wacana ini. jangan, aku mohon jangan!
aku sedih dengan kondisi belakangan ini. baiklah, aku ini BUKAN SIAPA-SIAPA, tak memiliki jabatan yang berarti di dalam bidang apapun. namun satu hal yang harus diperhatikan, saya bangga menjadi anak INDONESIA meski dalam kondisi apapun juga. maka dari itu, kini aku mencoba untuk menuangkan segala kegundahan ini.
beberapa waktu belakangan aku perhatikan, nampaknya semua orang telah terjangkiti virus "Inggris please!"
gara-gara masih teringat acara seminar tadi pagi, sampe sekarang rasanya masih sewot aja. seenaknya aja tuh pembawa acara meluncurkan ucapan berbahasa Inggris untuk menginformasikan kegiatan selanjutnya, baru sehabis itu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia! apa? yang bener aja, terbalik kali tuh!!! hal itu ga hanya terjadi satu kali, tapi sudah untuk yang kesekian kalinya!
kenapa aku mengatakan demikian, yah memang itu pula kenyataan yang ada. bukan karena aku bodoh berbahasa Inggris lalu aku alergi akan hal-hal yang begitu, maaf, itu salah besar!
kita cek, seorang pengusaha lebih memilih menggunakan nama seperti: Anna's Taylor, Mustika Beauty Saloon, Intan Bakery, dan lain sebagainya. padahal, apa bedanya sih dengan Penjahit Anna, Salon Kecantikan Mustika, atau Toko Roti Intan? memangnya nama-nama itu tidak menjual yah? atau kalo menggunakan bahasa seperti itu, ga gaul yah? atau barangkali ada alasan lain? dan satu hal yang sangat mengkhawatirkan, bukan berarti menjelek-jelekkan, tapi ada satu gedung milik pemerintah yang sesungguhnya mengelola hasil kerajinan masyarakat atau bisa dikatakan seperti pusat kerajinan di kota Jambi, gedung itu diberi nama Jambi Handy Craft! yah, kira-kira seperti itulah. usut punya usut, sempat aku survei dilapangan, banyak yang tak mengerti apa tujuan dari gedung itu dan ragu untuk mendatanginya. eh ga taunya, cuma sebagai wadah untuk menjual oleh-oleh khas Jambi yang dikelola pemerintah. haduh, rasanya pengen banget tepok jidat! itu baru satu nama gedung yang sudah membingungkan masyarakat, terus gimana dengan penamaan gedung-gedung lainnya? silahkan pikirkan sendiri!
lanjut lagi, ga sampai di situ aja, kini orang-orang juga lebih suka membuat judul suatu acara dengan berbahasa asing, misalnya Workshop Pemasaran, Leadership Organisasi, dan sebagainya, seterusnya, selanjutnya, yang jelas banyak macamnya. padahal, itu semua ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia. dan hanya gara-gara nama kegiatan yang sok berbahasa asing itu, malah banyak yang ga berani buat ikutan karena takut nanti yang ngisi acara pakai bahasa asing, bukan bahasa Indoensia. riskan! niat mau tambah ilmu, malah digelayuti perasaan takut duluan!
duh, mungkin ga sebatas itu saja, masih banyak yang lainnya. dimana sekarang udah menjadi sesuatu yang fenomenal orang tua berkomunikasi dengan anak-anak mereka di rumah dengan menggunakan bahasa asing.  walah, kalo begitu, nanti yang ada mereka malah ga bisa berbahasa Indonesia?! tarik napas dalam-dalam deh ah untuk satu hal ini.
sebenarnya, ga ada yang salah kok jika kita menggunakan bahasa asing dalam hal-hal tertentu. tapi cobalah setidaknya kita sadari apa yang kita lakukan itu mulai melenceng. mengenai penggunaan bahasa asing di ruang publik, semua itu sudah diatur oleh Pusat Bahasa. apa tujannya? ya jelas dong, supaya bahasa Indoensia ini tetap terjaga dan ga hilang begitu saja. sedangkan bahasa daerah yang dulunya ada ribuan jumlahnya, kini hanya tinggal beberapa saja. ya jelas, karena pengguna bahasa aktifnya sudah pada punah. alhasil bahasnya pun ikut menghilang. apa mau kejadian itu juga menimpa bahasa Indonesia? jawabannya ada pada diri kita masing-masing!


*foto-foto yang tertera hanya sebuah ilustrasi semata*

No comments:

Post a Comment

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...