Monday, November 1, 2010

Resensi New Age-Adryan Suhardi


Nih buku aku temuin di bazar buku murah disalah satu toko buku yang ada di kotaku. Ngga enak banget ya bilangnya nemu. Kayak ngga niat aja buat belinya. Tapi jujur, emang baru satu kali ini aku beli buku yang genre-nya teenlit gini. Biasanya mah aku ogah buat beli buku yang begituan. Karena prinsipnya tuh, mending minjam daripada beli! Ngga banget kan? Tapi ngga tau kenapa, hari itu ada yang sedikit mengubah pemikiranku. Ya jadilah aku beli nih buku.
Judulnya lumayan keren, New Age. Ngga baca banget sih sinopsisnya, tapi ternyata pas baca, lumayan bagus juga. jadi gini loh ceritanya...

Olin dan Jose berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Orang tua Olin hanya seorang tukang sayur keliling dengan penghasil pas-pasan. Ayahnya harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya. Dan Olin tak pernah mengenal siapa ibunya karena ibunya meninggal sesaat setelah melahirkan dirinya. Olin punya hobi yang unik, yaitu suka nepokin nyamuk yang pada suka mampir ke gubuknya. Dan satu hal lagi yang sangat unik dari dirinya ialah karena ia sangat menyukai warna merah. segala benda yang ia punya, pasti ngga jauh-jauh dari warna merah. Olin juga punya cowok yang cakep dan tajir pula yang bernama Denny.
Sedangkan Jose merupakan anak dari seorang penguasah peti mati yang cukup mapan. Doyan main engklek, manjat pohon, pokoknya pembawaannya cool banget kayak laki-laki. Amalahan, adiknya sendiri sampe kalah saing sama perangainya. Hinnga tak ada cowok yang berani mendekati dirinya.
Hanya saja, ada satu hal yang membuat perbedaan yang ada itu sirna dari dua individu yang jelas berbeda ini. Yaitu keduanya sama-sama terpilih masuk dalam seleksi atlit pelatnas dalam cabang bulu tangkis. Mereka berdua juga sama-sama bercita-cita menghentikan dominasi pemain bulu tangkis tunggal putri pemegang peringkat teratas dunia, Lie Ling dari Cina dan Bae Soong Ra dari Korea.
Olin dapat masuk kedunia bulu tangkis karena kelihaiannya menepok nyamuk ternyata mencuri perhatian ayahnya. Gayanya saat menepok nyamuk sangat mirip dengan seseorang yang tengah berlatih bulu tangkis. Maka dari itu, sang ayah pun bermaksud untuk memasukkan Olin ke klub bulu tangkis meskipun biaya untuk mendaftar snagat tinggi. Tapi, demi cita-citanya, sang ayah rela mencari pinjaman uang kepada rentenir. Semua itu dilakukannya agar Olin dapat berlatih dengan lebih serius di klub bulu tangkis.
Berbeda dengan Olin yang mendapat dukungan penuh dari ayah tercnita, Jose justru mendapat pertentangan serius dari sang papa. Papanya tak mau Jose menjadi atlit bulu tangkis karena baginya seorang atlit tak dapat hidup layak bila prestasinya tak lagi bagus. Papa Jose ingin agar dirinyalah yang mewariskan usaha keluarga yang telah dirintis oleh papanya bertahun-tahun lamanya. Padahal, Jose sendiri memilik adik laki-laki. Namun papanya tak mempercayai adiknya tersebut karena kasih sayangnya hanya tercurahkan buat Jose. Namun bukan Jose si tomboy bila tak dapat mendapatkan apa yang diinginkannya. Jose pun berani menerima tantangan papanya agar ia tetap dapat lolos masuk sebagai atlit pelatnas. Papanya meminta Jose untuk bisa memberikannya piala penghargaan dan ia tak boleh kalah walau hanya sekali. Jose pun menerima tantangan tersebut. Sebagai pembuktiannya, ia pun berlatih keras selama hidup di pelatnas.
Saat Olin dan Jose diberi kesempatan untuk ikut serta dalam turnamen Indonesia Open, inilah saat yang dinantikan bagi keduanya untuk menunjukkan bakat yang dimiliki oleh masing-masing. Sekaligus momen ini dimanfaatkan oleh Jose sebagai pembuktiannya bahwa ia bisa tetap hidup meskipun hanya sebagai seorang atlit. Olin memanfaatkan momen ini agar kemenangan yang dapat diraihnya itu bisa membuat ayahnya bahagia. Dan tentu saja ini menjadi saat yang snagat dinantikan pula oleh ayahnya, sebagai pembuktian bahwa usahanya selama ini tidaklah sia-sia.
Olin dan Jose sama-sama berhasil meraih kemenangan dalam medan pertempuran. Olin pun mampu melumpuhkan Bae Soong Ra dengan penampilan yang luar biasa. Demikian juga dengan Jose. Ia juga mampu mengalahkan peringkat satu dunia, Lie Ling meskipun dengan terseok-seok. Padahal, mereka berdua hanyalah 'anak bawang' dari pelatnas. Tetapi, karena bakat alami yang mereka miliki, semuanya menjadi nyata.
Dibabak final, duo Indonesia ini saling bersaing. Sesungguhnya, mereka berdua telah menjadi sahabat selama tinggal dipelatnas. Namun, kejuaran ialah kejuaraan. Olin bertekad menang karena ia ingin bisa membahagiakn ayahnya sebagai upaya balas jasanya terhadap sang ayah. Dan bagi Jose sendiri, ini merupakan pembuatian untuk menunjukkan tajinya didepan sang papa. Namun sayang, setelah pertandingan, kabar buruk menimpa Jose. Papanya meninggal karena penyakit kanker darah yang diidapnya. Namun, papa Jose tak lagi sangsi terhadap dirinya. Karena saat menghembuskan napas terkahirnya, ia tertidur selamanya saat menonton pertandingan anaknya sendiri.

Ya, kira-kira begitu deh ceritanya. Kalo mau tau lengkapnya, ya baca sendiri dong! Banyak tuh di toko buku. Cari sendiri yah...

No comments:

Post a Comment

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...