Thursday, January 19, 2017

No more G.A.L.A.U!

Alhamdulillah... Setelah pertempuran hati yang kandas di tengah jalan karena hal -yang mungkin udah jalan dari-Nya seperti itu- akhirnya tiba saat yang berbahagia, dengan selamat sentosa, mengantarkan ke depan pintu gerbang kebahagiaan baru. Yang merdeka, penuh semnyum, dan masih penuh semangat. Ats berkat rahmat Allah akan adanya iman yang masih kuat, dan dengan didorongkan dengan semangat dan nasihat dari para sahabat, supaya tetap bertahan dengan keadaan. Semoga yang lebih baik, ama, adil, dan penuh senyuuum :)
Banyak yang berbagi cerita lebih 'mengenaskan' dari aku yang hanya sekedar ditinggal karena perjodohan. Well, itu belum terlalu buruk, kata mereka, Dan akhirnya, mereka pula yang menguatkan aku dengan segala macam bentuk upaya. Ngajak jalan muter-muter, makan seru sampe begah, ikutan nangis bandang, sampe akhirnya tak lupa mempertebal keimanan dengan konsultasi ke guru spiritual pribadi (ajib... gayanya :p)
And that it's over! no more G.A.L.A.U lagi!
Masih banyak hal yang bisa aku usahakan untuk sisa waktu di dunia ini. Sudah cukup menangisi seseorang yang -ah sudahlah, lupaka!-, sudah cukup mengecewakan anak-anak manis mamih yang ditinggal begitu aja di kelas tanpa perhatian. Sudah cukup!
Sisa waktu kehidupan yang aku jalani ini tak tahu sampai kapan batasnya. Papa sama adek belum maksimal aku kucurkan kebahagiaan. Masa iya aku harus mengecewakan mereka?
Soal jodoh, aku yakin Allah sudah persiapkan yang lebih baik. Lagi pula, aku tak tahu jodoh mana yang akana lebih dulu mempersuntingku, jodoh pernikahan atau jodoh kematian?
Aku terkadang bertanya pada diri sendiri, sampai mana batas kemampuanku untuk menerima segala terjangan ujian yang melanda? Sampai kapan aku mampu bertahan pada benteng kesabaran -yang kata orang ada batasnya-. sampai kapan aku akan menebar senyum meskipun sebenarnya menahan sakit perasaan yang porak-poranda? Entahlah. Yang jelas, anak-anak mamih butuh penguatan dariku. Anak-anak itu tak boleh tau bila aku tengah terluka. Cukup pasang topeng bahagia.
Di tinggal nikah? Cukup berpikir positif saja. Sama seperti aku yang ingin membahagiakan orang tuaku, pasti dia juga begitu. Aku rasa, itu pun sudah sangat dia pertimbangkan. Hanya saja yang jadi masalah, kenapa tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Kenapa aku harus tau dari orang lain, bukan dari mulutnya sendiri. Sedangkan prosesi sakralnya tinggal menghitung hari. Dan disela waktu itu -saat aku belum mengetahui semuanya- aku masih meminta kepada-Nya untuk diberikan kemudahan jalan agar bisa bersamanya. Itu adalah hal yang paling tidak dapat aku terima. Tapi mau bagaimana lagi, aku tetap mendoakan agar dia bahagia bersama orang pilihan itu.
Aku masih dalam menjernihkan segala perasaan dan pikiran. Syukurnya, dengan pekerjaan yang ada, seolah bisa membantu menetralisir. Aku tak mau berlama-lama larut dalam situasi yang hanya membuat aku semakin jatuh sedangkan dia senang hati dengan apa yang ada. TIDAK! -sekali lagi, biarkan aku menebak situasi, karena kau tak pernah mau menjawab bagaimana kondisi sebenarnya-
Masih banyak cinta dan sayang aku dapatkan di sekitarku. Maih banyak perhatian yang tulus kepadaku. Masih banyak kehangatan yang hadir guna memelukku dalam kebekuan. Masih terlalu banyak malah.
Semua hanya aku kembalikan kepada-Nya. Percaya sepenuh hati bahwa semua akan baik-baik saja. Meyakini bahwa waktu yang aku punya sudah tak lama lagi. Meyakini bahwa hidup ini harus aku lalui dengan semangat tinggi.
Ga boleh galau lagi! Titik! Kalo ga anak-anak mamih teraniaya lagi. Tanpa kabar seperti apa yang aku alami.

No comments:

Post a Comment

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...