Sunday, October 13, 2013

MEDIASI MUSIKAL BERKARAKTER BUDAYA LOKAL -reportase-


sedikit laporan reportase mengenai kegiatan beberapa tahun silam. >>

MEDIASI MUSIKAL BERKARAKTER BUDAYA LOKAL


Ditulis oleh Teguh   
Minggu, 18 Desember 2011 00:00
NUANSA ETNIK MELAYU
Nuansa musik Melayu, se­buah komposisi musik yang dibawakan oleh komunitas INNER Jambi. Dengan pe­main musik  beranggotakan 11 orang, Komunitas ini, me­mainkan instrumen musik tradisi dengan subtema hutan dan kehidupan yang ada di dalamnya. Di atas pentas pertunjukan Hoerijah Adam  struktur tata ruang dengan sejumlah pemain musik disusun sejajar horizontal, kemudian sebagai latar belakang di­tampilkan layar infocus yang memvisualisasikan hutan se­bagai ide dalam penggarapan komposisi musik.
Komunitas INNER Jambi merupakan kumpulan seniman-seniman lulusan dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia yang sekarang menjadi ISI Padangpanjang. Dalam penampilannya di Ra­nahperformance art sinopsis karya yang dihadirkan adalah hutan dengan segala isinya merupakan bagian kekayaan alam yang diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia. Semua isinya boleh diambil, mau kayu? mau rotan? ambil!!!! Tidak ada yang melarang, tetapi ada yang mengatur. Undang-undang yang mengatur untuk kepentingan manusia. Ketika aturan dilanggar demi kepentingan pribadi atau ke­lom­pok, tentu ada yang di­rugikan. Bagi yang tidak bisa melarang, tentu hanya bisa merintih dan meratap kapan itu berhenti. Senjataku hanya bunyi. Ingat di dalam hutan, di pinggir hutan ada kehidupan yang butuh hidup. Di dalam hutan ada ke­hidupan yang butuh hidup, masih ada sumber kekayaan alam yang dapat dinikmati baik masyarakat maupun makhluk hidup yang menghuni hutan tersebut. Se­andainya hutan  rusak dengan cara keserakahan manusia yang menebang hutan dengan liar, menguras  isi hutan dengan semena-mena tanpa aturan. Akankah ada pihak yang peduli dengan suasana yang mencekam dan menga­ncam populasi hutan saat ini? Melihat keadaan yang begitu memprihatinkan yang terjadi di dalam hutan akibat ulah manusia, Komunitas INNER Jambi berusaha me­ngung­­kapkan perasaan berupa pesan dan kritikan yang diekspresikan melalui mediasi musikal yaitu musik etnik melayu. Bunyi adalah senjataku. Maka secara tidak disadari komunitas INNER jambi akan berhadapan dengan konteks yang mahal yaitu sebuah pesan yang tidak diungkapkan dengan kata-kata, tetapi melalui mediasi musikal. Di dalam hutan masih ada kehidupan yang butuh hidup, curahan perasaan yang di­sam­paikan melalui alunan musik etnik Melayu. Berbicara mengenai mediasi musik, dalam perspektif kultural, keberadaan musik sebagai identitas lokal sangat penting kehadirannya. Dengan menggunakan idiom-idiom musik lokal,  ritme musik etnik yang dimainkan menjadi sebuah identitas yang dapat dikatakan dengan  ke­arifan lokal.
Sebuah karya seni dengan memanfaatkan idiom-idiom budaya lokal,  mem­peroleh gaya musikal sebagai identitas tersendiri dalam membuat komposisi musik. Untuk memunculkan  Ide-ide baru  yang beranjak dari seni tradisi seorang komponis harus melalui proses yang panjang.  Komunitas INNER Jambi mencoba membuat kebaharuan dengan musik etnik yang me­munculkan ciri khas wilayah Indonesia khususnya gaya melayu. Beranjak dari feno­mena hutan sebagai rangsang cipta, komunitas tersebut meng­hadirkan dinamika dan suasana tertentu yaitu ke­resahan dan kesedihan akibat kerusakan hutan. Untuk me­lahirkan nilai keindahan pada sebuah kom­posisi musik, kohesi, konsistensi, dan ke­utuhan yang merupakan isi pokok dari sebuah komposisi perlu disajikan. Analisa per­tunjukan komunitas INNER Jambi dapat dilakukan melalui pendekatan dengan melihat kesatuan (unity), kerumitan (complexity), kesungguhan (intensity). Analisa ini di­tujukan untuk mengkaji dan menafsirkan bentuk musik yang dihadirkan serta pesan yang mengisi ruang garapan musik yang beranjak dari ide dasar budaya tradisi.
Pertama, kesatuan (unity), berarti nilai estetis tersusun secara baik atau sempurna bentuknya. Ada keutuhan yang dapat di­jangkau dari beberapa peristiwa. Dari sajian komposisi musik yang dihadirkan oleh komunitas INNER Jambi, di atas pentas pertunjukan Hoe­rijah Adam dengan meng­gunakan lighting yang menyorot kearah player,kehadiran layar infocus sebagai latar be­lakang yang me­mvisua­lisasikan hutan sebagai sebuah peristiwa, serta ritme musik melayu dalam komposisi musik menjadikan keutuhan atau kesatuan yang dihadirkan dalam sajian per­tunjukan tersebut. (*)
Oleh :  DEBI HARYANTO (MAHASISWA PASCASARJANA ISI PADANGPANJANG )

No comments:

Post a Comment

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...