Jika ditelusiri dengan
seksama, sesungguhnya ada beragam jenis hasil seni budaya yang berasal dari
negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini. Ada kesenian dari bidang musik, tari,
permainan tradisional, batik, dan masih banyak lainnya. Namun sayangnya, sejauh
ini masyarakat Jambi pada umumnya tak begitu memahami hal tersebut. Hanya
segelintir orang saja yang mau peduli dan mencoba untuk mengapresiasikan seni
budaya tersebut.
Mencoba untuk
membangkitkan kembali rasa kecintaan masyarakat akan kesenian yang ada di
Jambi, pemerintah pada bulan Januari lalu, tepatnya pada saat memperingati HUT
Provinsi Jambi yang ke-55, mengadakan semacam pentas seni budaya yang digelar
di GOS Kotabaru. Beragam kegiatan seni dan budaya dipentaskan dalam kegiatan
tersebut. Hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat tahu dan pada akhirnya bisa
mengapresiasikan kesenian yang ada di Jambi ini. Namun kenyataannya, tak banyak
yang bisa memahami dan mengerti akan hal tersebut.
Terlalu jauh jika
membicarakan hal ini berkenaan dengan kondisi masyarakat Jambi pada umumnya,
sedang anak mudanya saja tidaklah terlalu peduli dengan semua itu. Tapi, mereka
justru akan berlaku sebaliknya, jikalau mereka berniat untuk ikut dalam suatu
ajang pemilihan. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang berniat untuk ikut
kegiatan pertukaran pelajar ke luar negeri, secara pontang-panting akan
berusaha mencari tahu berbagai macam jenis kegiatan seni budaya yang berasal
dari Provinsi Jambi, karena hal tersebut menjadi salah satu persyaratan dan
penilaian dalam ajang itu. Sungguh miris! Apakah harus dengan hal yang seperti
itu supaya kawula muda Jambi, khususnya para mahasiswa, mau mempelajari dan
mengapresiasikan seni budaya yang berasal dari Jambi? Jika tidak dengan
terpaksa, mereka ogah untuk
menelusuri keberagaman seni budaya daerah sendiri.
Tak bisa menyalahkan
mereka secara langsung atas perkara tersebut. Banyak faktor yang turut
melatarbelakanginya, seperti salah satunya mengenai lingkungan pergaulan
mereka. Bisa dikatakan, itu menjadi faktor pendukung yang cukup memberikan
pengaruh selain faktor utama dari lingkungan keluarga sendiri. Sebab,
lingkungan belajar yang paling dekat dengan seseorang pastinya lingkungan
keluarganya sendiri.
Jika memang ingin
menunjukkan rasa cinta terhadap seni budaya yang dimiliki oleh negeri sendiri,
tak pula harus terus memaksakannya untuk terus ikut bersama kita kemanapun
pergi. Bersikap yang sewajarnya saja. Hal yang paling mudah untuk menunjukkan
rasa cinta serta penghargaan dan bentuk kecil apresiasi terhadap hasil seni
budaya dari negeri sendiri misalnya dengan menggunakan batik. Mudah dan tetap
bisa memberikan kesan fashionable. Karena
sekarang ini, para kawula muda sangat
memperhatikan tren mode masa kini. Jika tak bisa mengikuti perkembangan zaman
atau bergaya ala zaman baheula, pasti
akan ditertawakan. Suatu kondisi yang sangat sulit. Ingin mencintai seni budaya
negeri malah mendapat cemooh dari teman.
Meskipun saat ini telah
banyak tangan-tangan kreatif yang bisa menyulap segalanya menjadi lebih
menarik, tapi tak semua kalangan masyarakat bisa menerimanya. Masih ada yang
menganggap itu kampungan, ga gaul,
atau kata anak muda sekarang, kamseupay!
Tanggapan negatif serupa itu bisa jadi menyurutkan niat dari sebahagian
masyarakat lain yang ingin mengapresiasikan kecintaan mereka terhadap hasil
seni budaya. Jelas, pengaruh lingkungan sekitar sangat memberikan pengaruh yang
cukup kuat.
Bisa dikatakan,
sesungguhnya mahasiswa bisa jadi motor penggerak utama dalam hal ini. Namun
sekali lagi, bentuk apresiasi terhadap kebudayaan tak bisa dipaksakan begitu
saja. Harus ada kesadaran dari diri sendiri. Hanya saja, jika yang muda sudah mulai mengacuhkan, sulit bagi yang tua untuk bisa mewarisi apa yang telah menjadi tradisi.
No comments:
Post a Comment