Saturday, December 10, 2011

reportase RaPA


Satang Rimbo Raih Sambutan Hangat Penonton
Oleh: Patrisia Merly
Memukau. Barangkali kata tersebut yang bisa diungkapkan saat pementasan gelaran komposisi musik "Satang Rimbo" karya komposer Uswan Hasan, S.Sn digelar di gedung pertunjukan Hoerijah Adam Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sumatera Barat pada tanggal 9 Desember 2011. Satang Rimbo yang dibawakan oleh Komunitas Seni INNER Jambi mendapatkan apresiasi yang sangat meriah denagn tepuk tangan bertubi-tubi dari para penonton yang menghadiri sekaligus menyaksikan aksi perwakilan Kota Jambi dalam kegiatan Ranah Performing Arts (RaPA) 2011. Komunitas Seni INNER Jambi sendiri mendapat kesempatan urutan penampilan ketiga setelah OK. Kober (Orkes Keroncong Kota Bertuah) asal kota Pekanbaru, Riau dan penampilan White Percussion Unit asal negara tetangga, Malaysia.
Kegiatan yang dimulai pada pukul 20.00 WIB ini, cukup menyedot animo masyarakat khususnya bagi para pencinta seni musik. Tak terkecuali kepada mahasiswa dari lingkup kampus ISI Padang Panjang sendiri.  
Satang Rimbo yang pada dasarnya beranjak dari kesenian Senandung Jolo ini, mencoba mengangkat tema persoalan pembalakan liar (ilegal logging) ke dalam sebuah komposisi musik. Dalam pagelaran ini, Wawan, sang komposer, biasa dipanggil, menggabungkan seni musik tradisional dan modern. Ditambah lagi dengan perpaduan tampilan slide show foto-foto keadaan alam hutan di Provinsi Jambi khususnya, dengan perbandingan saat sebelum dilakukannya penebangan hutan dengan keadaan hutan yang gundul akibat pembalakan liar. Selain itu, ditampilkan pula video mengenai pernyataan yang diungkapkan oleh masyarakat yang tinggal diwilayah kawasan hutan dengan bantuan media proyektor yang dioperasikan oleh Muslimah Arneni.
"Jujur saja, penampilan dari Kota Jambi pada malam ini sungguh memukau. Jambi bisa memberikan warna yang berbeda dari peserta lainnya malam ini," terang Tri Putra Mahardika, salah satu penonton yang menyaksikan pagelaran komposisi musik Satang Rimbo persembahan Komunitas Seni INNER Jambi. Ditambahkan lagi olehnya, bahwa mahasiswa ISI jurusan seni tari ini , cukup terkesan dengan perpaduan antara alat musik 'batang', seni musik kompangan dan gong yang biasa ditampilkan saat upacara pernikahan serta alat musik modern lainnya, seperti gitar, maraccas, Cymbal, didgeridoo, keyboard, dan biola.
Awal mula Satang Rimbo dimainkan dibuka dengan senandung mengenai hutan yang dinyanyikan oleh Alfian atau biasa disapa dengan Uwak Degum. Kemudian disambut dengan vokal suara merdu oleh vokal dari Ulyatul Qibtiyah dan Puspita Lastari. Sedangkan untuk pemain musik lainnya yakni M. Taufik Hidayat, S.Sn, Dwi Putra Ramadhana, S.Sn, Ferry Hoi, Herman, Agus, Jay, dan Iwan. Dengan durasi 15 menit, pementasan Satang Rimbo diakhiri dengan penyerahan alat musik 'kelintang kayu' oleh Uwak Degum kepada dua orang anak yang berjalan ke tengah panggung. Hal ini diibaratkan sebagai simbol regenerasi pemain musik 'kelintang kayu' yang telah berumur, dengan menitipkan alat musik tersebut kepada generasi muda agar dapat dilestarikan karena keadaan hutan yang semakin mengkhawatirkan.
"Memang garapan ini bisa dikatakan sebagai himbauan kepada semua masyarakat agar kita semakin sadar bahwa apa yang kita lakukan itu tidak benar. Terlebih lagi dengan adanya pembalakan liar yang ternyata secara tidak langsung cukup memberikan pengaruh terhadap kelangsungan seni musik dimasa yang akan datang," jelas Wawan. "Dan kesuksesan yang diraih Komunitas INNER pada malam ini juga tak terlepas dari dukungan orang-orang terdekat, seperti Ibu Yanti, Mbak Ema, serta Bapak Zul Gambus yang merupakan salah seorang pemerhati budaya Jambi yang telah memberikan sumbangsih mengenai pencarian materi musikal komposisi musik Satang Rimbo," tambahnya.
Melihat sisi kreativitas yang berbeda dari apa yang ditampilkan oleh Komunitas Seni INNER Jambi akan komposisi musik seperti ini, diharapkan ke depannya akan hadir kreasi Satang Rimbo-Satang Rimbo lainnya. "Semoga nantinya perwakilan Jambi bisa lebih mengeksplor kesenian musik lainnya yang ada di Provinsi Jambi. Jadi, bisa terwujud apresiasi yang baik terhadap seni musik, khususnya bagi para muda Jambi," harap Tri Putra demi kebangkitan kesenian musik di Provinsi Jambi. 
Selain pagelaran musik festival, dalam kegiatan Ranah Performing Arts (RaPA) juga menghadirkan kegiatan seminar nasional dengan pembicara dari dalam dan luar negeri, seperti Edward Van Ness, Prof. Dharsono, IGN. Wiryawan Budhiana, Rosta Minawati, dan DR. Nursyirwan, S.Pd., M.Sn.

    

1 comment:

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...