Satang Rimbo Raih Sambutan Hangat Penonton
Oleh: Patrisia Merly
Memukau. Barangkali kata tersebut yang bisa diungkapkan
saat pementasan gelaran komposisi musik "Satang Rimbo" karya komposer
Uswan Hasan, S.Sn digelar di gedung pertunjukan Hoerijah Adam Institut Seni
Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sumatera Barat pada tanggal 9 Desember 2011.
Satang Rimbo yang dibawakan oleh Komunitas Seni INNER Jambi mendapatkan
apresiasi yang sangat meriah denagn tepuk tangan bertubi-tubi dari para
penonton yang menghadiri sekaligus menyaksikan aksi perwakilan Kota Jambi dalam
kegiatan Ranah Performing Arts (RaPA) 2011. Komunitas Seni INNER Jambi sendiri
mendapat kesempatan urutan penampilan ketiga setelah OK. Kober (Orkes Keroncong
Kota Bertuah) asal kota Pekanbaru, Riau dan penampilan White Percussion Unit
asal negara tetangga, Malaysia.
Kegiatan yang dimulai pada pukul 20.00 WIB ini, cukup
menyedot animo masyarakat khususnya bagi para pencinta seni musik. Tak
terkecuali kepada mahasiswa dari lingkup kampus ISI Padang Panjang
sendiri.
Satang Rimbo yang pada dasarnya beranjak dari kesenian
Senandung Jolo ini, mencoba mengangkat tema persoalan pembalakan liar (ilegal
logging) ke dalam sebuah komposisi musik. Dalam pagelaran ini, Wawan, sang
komposer, biasa dipanggil, menggabungkan seni musik tradisional dan modern.
Ditambah lagi dengan perpaduan tampilan slide show foto-foto keadaan
alam hutan di Provinsi Jambi khususnya, dengan perbandingan saat sebelum
dilakukannya penebangan hutan dengan keadaan hutan yang gundul akibat
pembalakan liar. Selain itu, ditampilkan pula video mengenai pernyataan yang
diungkapkan oleh masyarakat yang tinggal diwilayah kawasan hutan dengan bantuan
media proyektor yang dioperasikan oleh Muslimah Arneni.
"Jujur saja, penampilan dari Kota Jambi pada malam
ini sungguh memukau. Jambi bisa memberikan warna yang berbeda dari peserta
lainnya malam ini," terang Tri Putra Mahardika, salah satu penonton yang
menyaksikan pagelaran komposisi musik Satang Rimbo persembahan Komunitas Seni
INNER Jambi. Ditambahkan lagi olehnya, bahwa mahasiswa ISI jurusan seni tari ini
, cukup terkesan dengan perpaduan antara alat musik 'batang', seni musik
kompangan dan gong yang biasa ditampilkan saat upacara pernikahan serta alat
musik modern lainnya, seperti gitar, maraccas, Cymbal, didgeridoo, keyboard,
dan biola.
Awal mula Satang Rimbo dimainkan dibuka dengan senandung
mengenai hutan yang dinyanyikan oleh Alfian atau biasa disapa dengan Uwak
Degum. Kemudian disambut dengan vokal suara merdu oleh vokal dari Ulyatul
Qibtiyah dan Puspita Lastari. Sedangkan untuk pemain musik lainnya yakni M.
Taufik Hidayat, S.Sn, Dwi Putra Ramadhana, S.Sn, Ferry Hoi, Herman, Agus, Jay,
dan Iwan. Dengan durasi 15 menit, pementasan Satang Rimbo diakhiri dengan
penyerahan alat musik 'kelintang kayu' oleh Uwak Degum kepada dua orang anak
yang berjalan ke tengah panggung. Hal ini diibaratkan sebagai simbol regenerasi
pemain musik 'kelintang kayu' yang telah berumur, dengan menitipkan alat musik
tersebut kepada generasi muda agar dapat dilestarikan karena keadaan hutan yang
semakin mengkhawatirkan.
"Memang garapan ini bisa dikatakan sebagai himbauan
kepada semua masyarakat agar kita semakin sadar bahwa apa yang kita lakukan itu
tidak benar. Terlebih lagi dengan adanya pembalakan liar yang ternyata secara
tidak langsung cukup memberikan pengaruh terhadap kelangsungan seni musik
dimasa yang akan datang," jelas Wawan. "Dan kesuksesan yang diraih
Komunitas INNER pada malam ini juga tak terlepas dari dukungan orang-orang
terdekat, seperti Ibu Yanti, Mbak Ema, serta Bapak Zul Gambus yang merupakan
salah seorang pemerhati budaya Jambi yang telah memberikan sumbangsih mengenai
pencarian materi musikal komposisi musik Satang Rimbo," tambahnya.
Melihat sisi kreativitas yang berbeda dari apa yang
ditampilkan oleh Komunitas Seni INNER Jambi akan komposisi musik seperti ini,
diharapkan ke depannya akan hadir kreasi Satang Rimbo-Satang Rimbo lainnya.
"Semoga nantinya perwakilan Jambi bisa lebih mengeksplor kesenian musik
lainnya yang ada di Provinsi Jambi. Jadi, bisa terwujud apresiasi yang baik
terhadap seni musik, khususnya bagi para muda Jambi," harap Tri Putra demi
kebangkitan kesenian musik di Provinsi Jambi.
Selain pagelaran musik festival, dalam kegiatan Ranah
Performing Arts (RaPA) juga menghadirkan kegiatan seminar nasional dengan
pembicara dari dalam dan luar negeri, seperti Edward Van Ness, Prof. Dharsono,
IGN. Wiryawan Budhiana, Rosta Minawati, dan DR. Nursyirwan, S.Pd., M.Sn.
Sukses selalu untuk Komunitas Inner Jambi :)
ReplyDelete