Sunday, December 4, 2011

Jambore Sastra 2011


  (suasana pengungsian)


 (bersama kontingen jambi dan teman dari papua)

(kumpul kampung Nusa)
 (diskusi bersama Hj. Popong -anggota DPR-RI)

 (pose depan patung pahatan suku Asmat)
(penampilan seni kontingen Bali)

berbagi cerita pengalaman seputar kegiatan nasional yang membuat badan -sangat- lelah. ngga kebayang ternyata kegiatan ini diadakan di alam terbuka dengan konsep kemah. ngga masalah sih untuk kemahnya, tapi kasian aja buat peserta yang punya kebutuhan khusus (seperti beberapa teman yang cacat, baik itu tuna rungu, tuna netra, dan beberapa jenis lainnya). soalnya, ada satu kejadian yang membuat suasana kocar-kacir. ngga disangka, kalo hari itu alam sedang tak ingin bermesraan dengan kami. hujan deras melanda dan beberapa tempat menjadi banjir. tenda-tenda basah hingga kedalam. dan keadaan ini membuat hampir semua peserta stres, bingung, bahkan ada sebagian yang pingsan karna tak kuasa menerima musibah kecil ini. dan disana pula, terlihat kurangnya kesiapan panitia dalam menggelar kegiatan ini. soalnya, ada cerita sumbang yang aku dengar. panitia kurang bersedia memberikan 'tempatnya' untuk membantu 'pengungsi'. kok mereka begitu sih? seharusnya, sebagai tuan rumah, mereka mau mengalah dan menjamu tamu dengan baik, bukan dengan keegoisan seperti itu. sangat mengecewakan! namun terlepas dari semua itu, ada lagi yang tetep membuat aku sedih. kan itu kegiatan di bagi menjadi 3 kelompok dimana kelompok itu disebut dengan kampung, yaitu kampung Nusa, kampung Bangsa, dan kampung Bahasa. aku kebagian di kampung Nusa. nah, yang bikin aku kecewa itu, di setiap kampung ada di jadwalkan materi oleh para seniman, seperti Sujiwo Tedjo di kampung Bangsa, Putu Wijaya di kampung Nusa dan kampung Bahasa. tapi, Putu Wijaya itu ga ada mampir ke kampungku. sedangkan ke kampung yang satunya lagi, ada. kan ngga adil amat tuh! sebel! terus juga nih, masa aku dengar ada banyak peserta yang bisa keluar dari area kegiatan. waduh, pengamanannnya ga ketat amat sih. tau kalo bisa kabur begitu, aku juga mau ngacir buat ngumpul sama sobat farmasiku. aaaaaaarrrrrgggggg...benar-benar menyebalkan! satu lagi, kan ada peserta yang berkebutuhan khusus tuh, dan mereka dipersilahkan membawa pendampingnya. namun, pas sekali pembagian tenda untuk tempat beristirahat, mereka dipisahkan dari pendampingnya. nah loh! trus, buat apa ada pendamping kalo ujung-ujungnya mereka dipisahin? bukankah pendamping itu dibawa untuk membantu keperluan mereka. kalo udah dipisah gitu, gimana kalo mereka sedang membutuhkan bantuan pendampingnya? konsep yang sangat tidak jelas!

sebagai upaya untuk mengurangi kebosanan kegiatan, panitia menyediakan wisata bahasa. kalo yang aku pikir sih, kayaknya nama kegiatan itu kurang tepat. soalnya, yang dikunjungi itu Monas sama Museum Gajah. dimana sangkut pautnya dengan kebahasaan? mungkin aku yang kurang memahami atau mungkin terlalu bodoh untuk bisa mengartikannya. tapi bagiku sendiri, lokasi itu lebih tepatnya untuk mempelajari sejarah budaya. terus, kenapa ga disebut wisata budaya aja, kenapa malah memakai wisata bahasa?

yah, tak bermaksud untuk memberitakan hal yang buruk, namun sepertinya panitia harus bisa membuat konsep yang lebih jelas, tertib, dan teratur serta tertata. rasanya akan sangat memalukan jika kegiatan kaliber nasional ini hanya membuat suntuk dan bosan para pesertanya. malah justru tak ada yang melekat di benak mereka. itu sama halnya dengan membuang uang yang konon katanya menghabiskan dana 10 M. tau deh tuh, bener apa ngga. namanya juga kabar burung. simpang siur ngga tentu arah.

tapi dibalik semua itu, aku sendiri mengakui, bahwa ada hikmah dibalik semua itu. aku bisa ketemu dengan beberapa teman Dubas 2009 lalu. ada awan-bali, kak david-kalimantan, echi-manado. reuni kecil deh... :) terus, aku juga kenalan dengan temen dari daerah lagi. sip deh!

No comments:

Post a Comment

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...