Friday, May 30, 2014

Sihir dalam Sepotong Roti

Pernah ga kebayang ada sihir dalam sepotong roti yang biasa kamu makan? Yang namanya roti pasti kan bahan untuk membuatnya itu ya tepung, gula, telur, dan bahan-bahan lain yang emang udah standar untuk membuat roti. Tapi, ada roti atau pun kue yang istimewa yang dibuat dan disajikan oleh toko roti Bliss. Apa keistimewaanya? 

Rosemary atau yang biasa dipanggil Rose awalnya juga merasa heran dengan roti-roti hasil buatan ibunya, Purdy. Ya, memang terlihat biasa saja. Tapi, apakah akan tetap menjadi suatu makanan yang biasa kalo ternyata dalam pembuatannya dibubuhkan resep rahasia berupa sihir? Nah, ini yang menjadi perkara.  Masa iya masak roti aja pake sihir?
Toko Roti Bliss hanyalah sebuah toko roti biasa yang menjual beraneka ragam panganan berupa roti dan kue. Dari luar, semua tampak biasa saja. Pengunjung yang datang pun dari hari ke hari bisa ditebak dan dikenali. Bahkan sampai kebiasaan dan fashion mereka bisa menjadi pertanda. Misalnya, ada Mr. Bastable dan Miss Thistle yang setiap kunjungannya selalu membeli muffin wortel dedak (nama yang aneh :3) atau juga pengunjung lain dengan pesanan yang tak jauh beda. Maklum saja, keluarga yang memiliki toko roti ini hanya tinggal di sebuah kota kecil bernama Calamity Falls.
Keluarga Bliss sendiri terdiri atas Albert, sebagai seorang ayah, Purdy yang merupakan ibu dari 4 orang anak –berturut-turut- bernama: Tyhime sebagai kakak tertua, Rose, anak perempuan pertama, lalu ada Sage, anak ketiga yang suka menjadi pengacau, dan si bungsu yang menggemaskan, Leigh. Pada liburan musim panas, Rose tanpa sengaja melihat ibunya membuat roti dengan bantuan halilintar yang mengaduk adonan kue. Rose heran dan bertanya-tanya apakah ibunya bisa memainkan sihir? Ternyata semua itu karena sebuah buku yang bernama Cookery Booke.
Suatu ketika, orang tua Bliss bersaudara harus pergi selama sepekan guna memulihkan kondisi kota tetangga yang tengah diserang suatu penyakit. Walikota mereka sengaja datang untuk membawa serta Albet dan Purdy agar dapat menyembuhkan penduduknya. Setelah melalui pertimbangan yang cukup berat, akhirnya mereka pergi juga. Sebelum pergi, Rose dititipkan untuk menjaga sebuah kulkas pendingin yang ternyata usut punya usut merupakan gudang penyimpanan bahan-bahan ‘rahasia’ pembuatan roti.
Tanpa disangka, setleah kepergian orang tua mereka, seorang wanita muda datang kekediaman Bliss. Wanita itu mengaku sebagai liLy, yang masih sodara dengan Purdy. Sejak awal, Rose sudah mencium gelagat yang mencurigakan dari perempuan itu. Meski begitu, Lily telah membantu Rose dan Ty dari ulah mereka yang sembarangan saja membuat roti dari hasil mereka ‘mencuri’ resep yang ada di huku Cookery Booke di balik lemari pendingin.
Setelah beberapa lama, akhirnya Rose bisa membuktikan prasangkanya selama ini terhadap Lily. Meskipun mereka punya tanda pada tubuh yang sama, Rose sedikit heran dengan apa yang dilakukan Lily.
Singkat cerita, Lily berhasil mencuri buku Cookery Booke dari tangan keluarga Bliss. Purdy sedikit kecewa dengan apa yang dilakukan Rose, yang pada dasarnya hanya ingin mendapat bagian dalam keluarga Bliss. Bukan seorang kacung yang  seenaknya mereka suruh-suruh.
Kalo disuruh ngasih nilai, bolehlah buku ini mendapat bintang 3,5. Lumayan bagus. Cuma sayangnya, ngegantung banget ceritanya. Bikin nagih buat dibawa.tapi ada pesan yang tersirat dan tersurat dari novel-novel.satu pesan yang kentara adalah, ikuti kata hatimu, kelak kau tak akan  menyesal. Seperti saat Rose menimang-timbang tawaran Lily ke New York untuk ikutan dalam acara TV kabelnya. Keagungan, perhatian, dan segala macem itu emang udah lumrah juga. Tapi pada akhirnya, Rose tetap lebih memilih untuk tinggal bersama keluarganya.  
 Kao aku sih, buat yang suka cerita bergenre fiksi ilmiah, cobain baca buku ini deh. Dijamin seru! Kalo ga seru, ya diseru-seruin aja deh :P

Biodata buku:
Judul                   : Bliss (The Bliss Bakery Trilogy #1)
Penulis                : Kathryn Littlewood
Penerbit              : Mizan Fantasi
Cetakan              : Kedelapan, Januari 2014


No comments:

Post a Comment

Jangan sebut kami BENGAK!

hari ini, dengan lantangnya, ia berkata, "Guru-guru di sini bengak !" aku yang hanya bisa mendengarkan dari dalam ruang guru, ter...