Tiba-tiba, terlintas ucapan temen beberapa waktu yang lalu. “Buat apa jadi guru. Udah gajinya kecil,
mesti ngurusin anak orang lagi. Mending kalo kelakuannya bener, ini malah
banyakan yang bandel, apalagi anak zaman sekarang, aduuuh, rempong, ciin!
Bukannya cuma bikin makan ati aja ya? Mending kerja kantoran ato di bank aja
gitu. Jelas pula gajinya gede.” Duh, kalo ingat apa yang dia katakan,
rasanya semua itu bener.
Meskipun sama-sama berijazah S-1 pendidikan, tapi dia
justru lebih memilih untuk menjadi pegawai sebuah bank ketimbang menjadi guru
dengan segala unek-unek yang diungkapkannya itu. Aku udah ngerasain bener
gimana beratnya, gimana susahnya, gimana pula rasa jengkelnya. Ga ada dalam
pernyataan temen itu. Tapi sayangnya, aku masih terlalu idealis dengan apa yang
saat ini aku miliki. Persoalan prilaku anak-anak zaman sekarang, emang minta
ampun banget kelakuannya. Tapi sejauh ini, masih bisa dimaafkan. Terus soal
gaji, emang sih, namanya juga cuma guru honor, ga seberapa yang bisa didapat.
Malah jauh dari UMR daerah. Tapi sekali lagi, aku ga memburu uang aja. Aku
ingin bekerja di tempat yang bisa memberikan ketentraman dan kenyamanan. Lalu
pertanyaannya adalah apakah tempat dimana sekarang aku kerja ini, bisa
memberikan itu? Sebenarnya, aku ga mau terus berkeluh kesah. Capek! Tapi
entahlah, apa karena aku yang kurang bersyukur ato emang ga bisa menerima
kondisi yang ada, selama beberapa waktu ini, rasanya aku hanya dibuat
uring-uringan. Kenyamanan yang aku inginkan hanya bisa aku rasakan sesaat.
Selebihnya, aku harus mempersiapkan topeng berkali-kali lipat banyaknya. Guru
baru! Yah, memang status itu yang masih disandang sampai dengan beberapa bulan
ini. Mungkin, karena predikat ‘baru’ itu, segala hal terasa masih sangat berat.
Aku muda, tak berarti tak ingin belajar dari keadaan. Justru itu suatu
keharusan! Tapi, mungkinkah segalanya hanya dipelajari sendiri ? sedangkan
jelas ada sosok yang bisa memberikan pengarahan? Aku hanya ingin belajar, bukan
ingin merebut posisi atau apalah itu namanya. Aku hanya ingin dibimbing,
diberitahukan mana yang seharusnya dilakukan dan bagaimana caranya, serta apa
pula yang tidak boleh aku lakukan. Tapi.... ya sudahlah, tak ada kata untuk
menyambungnya.
Jelas manusia punya batasan kesabaran. Selama ini, aku
berusaha untuk tetap tenang dan santai. Bukankah itu yang selalu aku ingatkan
kepada teman yang juga merasakan hal yang sama? Lalu, mengapa kini seolah
omongan itu memakan diriku sendiri? Mengapa justru aku yang kini terpuruk?
Kenapa?
Tetap tenang, melly. Semua pasti akan berlalu. Jika memang
kamu berbuat salah, cobalah untuk mencari jalan memperbaikinya. Apapun itu.
Dengan atau tanpa bantuan. Sabar, masih ada yang mendukungmu, melly. Jika
memang kamu udah ga dibutuhkan lagi, tenang aja. Ga hanya satu tempat yang
menantimu, masih ada ribuan bahkan jutaan posisi yang membutuhkan dirimu, yang
memang mengerti apa yang kamu mau, dan bisa bekerja sama denganmu. Keep stay
cool, melly. You can do it! Yes, you must believe!
No comments:
Post a Comment